Sindrom Proteus adalah kelainan bawaan yang menyebabkan pertumbuhan kulit secara berlebihan dan perkembangan tulang yang tidak umum, sering juga disertai tumor pada sebagian tubuh. Sindrom Proteus sangat langka. Sejak Dr. Michael Cohen
mengidentifikasikan sindrom ini pada 1979, hanya sekitar 200 kasus
dikonfirmasi di seluruh dunia, dengan perkiraan sekitar 120 orang yang
mengalami kondisi ini sekarang. Sindrom Proteus menyebabkan pertumbuhan kulit, tulang, otot, jaringan lemak, pembuluh darah dan limfa secara berlebihan.
Sindrom Proteus merupakan kondisi yang progresif, di mana anak
yang terkena sindrom Proteus dillahirkan tanpa perubahan bentuk apapun
yang jelas. Seiring dengan bertambahnya umur mereka, tumor mulai muncul,
juga pertumbuhan kulit dan tulang. Keparahan dan lokasi dari
pertumbuhan asimetris ini beragam, tapi umumnya tengkorak, satu atau lebih anggota badan dan telapak kaki akan terkena efek. Ada risiko kematian prematur pada individu dengan sindrom Proteus karena deep vein thrombosis dan pulmonary embolism yang disebabkan oleh malformasi pembuluh yang berkaitan dengan kelainan ini. Risiko lebih lanjut mungkin terjadi karena kelebihan jaringan - Merrick sendiri mati ketika dia tercekik oleh berat kepalanya sendiri ketika sedang tidur.
Kelainan ini dapat diderita kedua gender dengan rasio sama, dan dapat ditemukan pada semua etnis. Kelainan ini tidak secara langsung menyebabkan kelambatan belajar, distribusi intelijensi di antara para penderita sindrom Proteus
mencerminkan populasi pada umumnya, pertumbuhan mungkin menyebabkan
kerusakan sekunder pada sistem saraf yang menyebabkan cacat kognitif.
Sebagai tambahan, perubahan bentuk yang kelihatan dapat memberikan
dampak negatif pada pengalaman sosial penderita, menyebabkan defisit kognitif dan sosial.
salah satu pengidap sindrom ini yang paling terkenal adalah Joseph
Merrick yang dikenal dengan julukan 'Elephant Man atau Manusia Gajah'
yang hidup pada 1862-1890. Ketika berusia dua tahun, ibunya melihat ada
beberapa daerah di kulitnya yang mulai berubah. Pertumbuhan
kulitnya berwarna gelap dan mulai terlihat bergelombang dan kasar.
Selain itu mulai timbul benjolan di leher, dada dan bagian belakang
kepalanya. Kelainan itu
sendiri tidak secara langsung menyebabkan gangguan distribusi intelijen antara
penderita sindrom Proteus sama seperti populasi umum.Namun, seiring
pertumbuhan dapat menyebabkan kerusakan sekunder pada sistem saraf yang menyebabkan cacat kognitif. Selain itu, adanya
cacat terlihat dapat memiliki efek negatif pada pengalaman sosial penderita,
menyebabkan defisit kognitif dan sosial. Individu yang menderita akan
meningkatkan risiko untuk mengembangkan tumor tertentu termasuk unilateral
ovarian cystadenomas, tumor
testikular,
meningioma, dan adenoma
monomorfik pada kelenjar parotid.
Beberapa
riset menunjukkan kondisi ini berkaitan dengan PTEN pada kromosom 10, sementara riset lain menunjuk pada kromosom 16. PTEN (phosphatase and tensin homolog, PTEN) adalah berkas genetik pada kromosom 10 lokus
10q23.3 dengan ekspresietik berupa protein yang
berfungsi sebagai enzim
dengan nama PI3P. Mutasi genetik PTEN
sering ditemukan pada banyak kasus kanker, sehingga gen ini sering disebut sebagai salah satu tumor
suppressor. Varian gen
yang memicu Proteus terjadi secara spontan pada orang yang terkena selama
perkembangan embrio, tetapi gejala hanya muncul di anak pertama dua tahun. Ini
mutasi pada AKT1 mengubah kemampuan sel terpengaruh untuk mengatur pertumbuhan
mereka sendiri, menyebabkan beberapa bagian tubuh pasien untuk tumbuh ke ukuran
normal, sedangkan bagian lain dari tubuh tetap normal.
Pasien dengan sindrom Proteus mengalami
kesulitan berjalan karena jari kaki makrodaktil, skoliosis, dan ketidakstabilan
sendi dengan dislokasi pinggul , tumor subkutan ekspansif dan neuropati
kompresi karena hamartomas intraneural. Beberapa pasien mungkin atelektasis
permanen, pneumonia, atau gejala dari insufisiensi paru. Terdapat sekitar 30%
pasien yang mengalami retardasi mental dan 20% pasien sindrom Proteus yang
dilaporkan mengalami kematian dini, kebanyakan disebabkan karena trombosis vena
dalam atau emboli paru-paru, komplikasi postoperasi atau pneumonia. Sindrom
Proteus tidak mempunyai prevalensi pada ras tertentu sedangkan laki-laki
beresiko terkena hampir dua kali lipat lebih besar dibanding dengan perempuan
dengan rasio laki-laki berbanding peempuan adalah 1.9:1.
Penderita sindrom Proteus dapat memiliki manifestasi yang luas. Dampaknya juga bisa dari yang ringan sampai yang berat. Manifestasi yang paling umum dari sindrom Proteus ini antara lain :
1. Abnormalitas tulang dan perkembangan jaringan
halus, seperti hemihyperplasia (pertumbuhan berlebihan yang asimetris
pada anggota tubuh seperti tengkorak kepala, wajah, jari tangan dan jari kaki),
scoliosis (kelainan tulang belakang), pertumbuhan yang tidak seimbang
dan atrofi pada otot lengan atas dan leher.
2. Abnormalitas kulit dan perkembangan jaringan
konektif, seperti kulit kasar yang menonjol (verrucous epidermal naevi)
atau datar, garis yang dalam dan pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan
halus pada telapak kaki (cerebriform connective tissue naevi), dan tumor
benigna pada jaringan lemak (lipoma) atau area dimana berperan dalam
menurunkan atau menaikkan berat badan serta pertumbuhan abnormal pada pembuluh
darah atau limfatik (vascular malformations).
3. Bentuk wajah seperti pembesaran belakang kepala,
kelopak mata yang menurun, tulang hidung yang rendah, lubang hidung yang
menengadah, wajah yang panjang dan sempit, mulut yang tetap terbuka saat
istirahat (incompetent lips).
Konsep mutasi somatis yang melibatkan
faktor pertumbuhan jaringan atau reseptor dapat menjelaskan beberapa aspek
sindrom Proteus, seperti mosaik distribusi lesi, kejadian sporadisnya,
keturunan terpengaruh dari individu yang terkena dampak dan keberadaan kembar
tidak identik. Meskipun bukti mengarah pada mutasi somatis, tidak ada penyebab
mutasi gen yang telah dikenal sebagai sindrom Proteus.
Jl. Purnawirawan (Gg.Ratu) No. 18 Gedong Meneng, Bandar Lampung. Indonesia
Telp. 0721-712029 atau invite pin bb kami di 7E64EBF
0 komentar:
Posting Komentar