Sahabat HOS, harapan orangtua tentunya dapat mendidik anaknya dengan baik dan
benar. Harapan itu tidak selamanya berjalan dengan baik, ada kalanya dan
tidak sedikit orangtua yang melakukan kesalahan dalam mendidik anaknya,
berapa kesalahan dalam mendidik anak misalnya :
1. Tidak saling percaya antara orangtua dan anak
Banyak orangtua dan anak menderita penyakit saling tidak percaya.
Orangtua tidak percaya kepada anaknya karena dia selalu beranggapan
bahwa anaknya masih kecil. Sikap orangtua seperti itu akan menimbulkan
jauhnya hubungan dan menambahkan pertentangan diantara keduanya. Anak
tidak mempercayai orangtuanya karena janjinya yang tak kunjung ditepati
dan ancamannya yang tidak pernah dilaksanakan. Akhirnya di antara
keduanya tidak ada saling keterbukaan. Anak akan melakukan kepatuhan
semu, dan bapak lalai dengan amanahnya untuk memperlakukan anaknya
dengan baik (Muhammad, 2002, hal 115).
Teori Psikoanalisa Erikson ialah mengenai perkembangan setiap manusia
yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara universal dalam
kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi dalam setiap tahap yang
telah disusun sangat berpengaruh terhadap “Epigenetic Principle” yang sudah dewasa. Erikson mengemukakan persepsinya pada saat itu bahwa pertumbuhan berjalan berdasarkan “Epigenetic Principle”. Tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson salah satunya adalah Trust vs Mistrust
(Kepercayaan vs Kecurigaan). Tahap ini berlangsung pada masa oral,
kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus
dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan
tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidak percayaan.
Kepercayaan ini akan terbina dengan baik apabila dorongan oralis pada
bayi terpuaskan, misalnya untuk tidur dengan tenang, menyantap makanan
dengan nyaman dan tepat waktu, serta dapat membuang kotoran buang air
besar atau kecil dengan sepuasnya. Tahap ini ibu memiliki peranan yang
secara kualitatif sangat menentukan perkembangan kepribadian anaknya
yang masih kecil. Kepuasaan yang dirasakan oleh seorang bayi terhadap
sikap yang diberikan oleh ibunya akan menimbulkan rasa aman, dicintai,
dan terlindungi. Melalui pengalaman dengan orang dewasa tersebut bayi
belajar untuk mengantungkan diri dan percaya kepada mereka. Hasil dari
adanya kepercayaan berupa kemampuan mempercayai lingkungan dan dirinya
serta juga mempercayai kapasitas tubuhnya dalam berespon secara tepat
terhadap lingkungannya.
Sebaliknya, jika seorang ibu tidak dapat memberikan kepuasan kepada
bayinya, dan tidak dapat memberikan rasa hangat dan nyaman atau jika ada
hal-hal lain yang membuat ibunya berpaling dari kebutuhan-kebutuhannya
demi memenuhi keinginan mereka sendiri, maka bayi akan lebih
mengembangkan rasa tidak percaya, dan dia akan selalu curiga kepada
orang lain. Orang yang selalu percaya tidak akan pernah mempunyai
pemikiran maupun anggapan bahwa orang lain akan berbuat jahat padanya,
dan akan memgunakan seluruh upayanya dalam mempertahankan cara pandang
seperti ini. Masa kecilnya anak sudah merasakan ketidakpuasan yang dapat
mengarah pada ketidakpercayaan. Mereka akan berkembang pada arah
kecurigaan dan merasa terancam terus menerus. Hal ini ditandai dengan
munculnya frustasi, marah, sinis, maupun depresi.
Ini merupakan kesalahan terpenting, karena anak belajar dari orang
tua banyak hal, tetapi ternyata sering bertentangan dengan apa yang
telah diajarkannya. Tindakan ini berpengaruh buruk terhadap mental dan
perilaku anak. Bagaimana anak akan belajar kejujuran kalau ia mengetahui
orang tuanya berdusta? Bagaimana anak akan belajar sifat amanah,
sementara ia melihat bapaknya menipu? Bagaimana anak akan belajar akhlak
baik bila orang sekitarnya suka mengejek, berkata jelek dan berakhlak
buruk?
Dampak negatif dari saling tidak percaya antara orangtua dan anak diantaranya ialah (Muhammad, 2002, hal 117-118):
- Bila anak sudah tidak mau percaya lagi dengan perkataan orangtuanya
lantaran tidak ada kejujuran dan biasa mengingkari janji, maka ketika
orang tua mengingatkan perilaku jelek anaknya, anak tidak akan mau
mendengarnya.
- Bila telah hilang rasa percayanya kepada orangtua, biasanya anak akan mempercayai teman atau gurunya.
- Hilangnya saling percaya antara orangtua dan anak menyebabkan
semakin besarnya permasalahan pada diri anak, karena tidak akan pernah
lagi mendapatkan perhatian dari siapapun.
- Anak akan penuh dengan kecemasan dan tekanan hati yang tidak ada seorangpun bisa menyelesaikannya.
2. Tidak percaya diri
Banyak kita dapati para pemuda tidak mempercayai kemampuan dirinya
seakan-akan kehilangan sifat aslinya. Kita bisa lihat bagaimana mereka
tidak meyakini kemampuan dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap
kali memulai suatu pekerjaan mereka selalu menunggu orang lain
memberikan pengarahan: lakukan ini, lakukan itu, dan bila mendapat
kesulitan, mereka tidak mampu mencari penyelesaian (Muhammad, 2002, hal
121).
Hal ini banyak terjadi di kalangan bapak-bapak; padahal ini
berpengaruh jelek terhadap masa depan anak dan pandangannya terhadap
kehidupan. Karena anak yang terdidik rendah pribadi dan tidak percaya
diri akan tumbuh jadi penakut, lemah dan tidak mampu menghadapi beban
dan tantangan hidup, bahkan sampai ia menjadi dewasa.
Hal ini tidak akan tercapai kecuali dengan mendidik mereka untuk
memiliki rasa percaya dan harga diri, namun tidak sombong dan takabur;
serta senantiasa diupayakan agar anak dikenalkan pada hal-hal yang
bernilai tinggi dan dijauhkan dari hal-hal yang bernilai rendah.
Ini adalah salah satu akibat dari (kesalahan) orangtua dalam mendidik
anaknya. Terkadang hal semacam ini kurang disadari, karena sikap
orangtua tadi tentu didasari dengan pertimbangan bahwa apa yang dia
lakukan selama ini adalah untuk kebaikan mereka (Muhammad, 2002, hal
122).
Adanya ketidak percayaan anak terhadap kemampuan dirinya tadi disebabkan hal-hal sebagai berikut (Muhammad, 2002, hal 122-124):
- Terlalu banyak perintah dan larangan yang diterapkan pada anak-anak,
kecil maupun dewasa, bahkan terkadang sampai dalam urusan yang
semestinya dia tidak dilakukan seperti itu.
- Orangtua yang selalu mencela pekerjaan.
- Anak tidak mempunyai keberanian untuk berbicara dengan
teman-temannya dikarenakan takut salah atau takut menyampaikan hal-hal
yang tidak disukai orangtuanya.
3. Memukul tidak menyelesaikan masalah
Banyak orang beranggapan bahwa memukul termasuk cara yang efektif
dalam mendidik dan mengingatkan anak, serta untuk menunjukkan wibawa
orangtua. Sebenarnya hal itu adalah anggapan dan pikiran yang keliru.
Bila seorang pendidik belum-belum sudah menggunakan pukulan maka
sesungguhnya dia telah membuang dalam dirinya kesempatan mendidik dengan
arahan dan bimbingan, mengoreksi kebiasaan-kebiasaan salah yang
dilakukan (Muhammad, 2002, hal 131).
Setiap orangtua bisa saja menyiksa anak dengan menggunakan hukuman
fisik agar anak mematuhin. Memukul tidak menyelesaikan masalah. Tidak
ada riset yang menunjukkan bahwa anak yang dipukul akan berperilaku
lebih baik. Bahkan sebaliknya, riset menunjukkan bahwa anak yang dipukul
pada usia 4 tahun biasanya masih harus dipukul ketika berusia 7 tahun.
Dengan kata lain dalam jangka panjang tidak akan memberikan dampak
positif pada anak. Selain itu, memukul anak memberikan contoh yang buruk
dan memberikan kesan bahwa kekerasan adalah hal yang bisa diterima
(Woolfson, 2004, hal. 43).
Seorang anak yang dididik dengan menggunakan kekerasan akan membawa
dampak jelek terhadap didirinya, antara lain (Muhammad, 2002, hal 135):
- Pukulan akan mewariskan pada diri anak kebodohan dan kedunguan
- Anak yang sering dipukul akan merasa rendah diri dan bloon.
- Suka membangkang sebagai bentuk perlawanan terhadap orangtua.
4. Kasih sayang yang berlebihan
Sebagian ayah dan ibu karena saking sayangnya kepada anak-anak,
mereka tidak mau memperbaiki karakter buruk anak-anaknya sendiri. Mereka
membiarkan kenakalan anak-anaknya tanpa sedikit pun ditanggapi dengan
sikap serius. Orangtua seperti ini tidak ingin memberi peringatan kepada
anak-anak karena takut tersinggung. Semua orangtua harus
mengekspresikan kasih sayang, tetapi jangan sampai tidak mendidiknya.
Orangtua yang baik adalah yang bisa menempatkan kasih sayang dan
mendidik anak pada tempatnya yang tepat.
Semua orangtua sangat menyayangi anak-anak setulusnya, namun mereka
juga harus sadar dengan realita anak-anaknya. Orangtua harus waspada
dengan perilaku negatif anak-anak dan jangan mencampakkan perannya
sebagai pendidik. Anak-anak tidak boleh kehilangan kasih sayang
orangtuanya tapi juga jangan dibiarkan bebas begitu saja. Anak-anak
harus menyadari bahwa karena kasih sayang orangtua ingin mendidik
anak-anaknya.
Kasih sayang orangtua memang penting tapi kalau terlalu berlebihan
akan mendatangkan akibat yang tidak diharapkan. Kasih sayang itu seperti
air atau makanan kalau diberikan dengan ukuran yang tepat dan dengan
jumlah yang tepat maka akan memberikan hasil yang maksimal, tapi kalau
tidak demikian akan berubah menjadi sesuatu yang tidak baik. Kasih
sayang yang terlalu berlebihan untuk anak-anak adalah pengkhianatan
seorang ayah terhadap anaknya.
Anak-anak itu bukan mainan orangtua, tapi ia adalah manusia yang
masih kecil yang harus dididik untuk menyongsong masa depannya. Ayah dan
ibu harus sadar bahwa suatu hari mereka akan lepas dari mereka.
Anak-anak juga tidak selamanya anak-anak. Mereka akan tumbuh menjadi
dewasa dan harus bergaul dalam kehidupan sosial. Hidup adalah seni yang
sangat sulit. Dalam kehidupan itu seseorang akan mengalami hal-hal yang
menyenangkan, menyedihkan, menyengsarakan dan membahagiakan.
Sebagai orangtua yang baik, mereka harus mempersiapkan sesuatu untuk
masa depan anak-anak mereka. Mereka harus dididik supaya menjadi manusia
yang tangguh di hari esok. Jangan membiarkan mereka menjadi anak-anak
yang tidak berdaya, lemah dan selalu mengiba-iba uluran tangan orang
lain
Akibat buruk dari kasih sayang yang berlebihan antara lain (Muhammad, 2002, hal 144):
- Lemahnya keyakinan dan ketawakalannya.
- Anak menjadi seorang yang penakut, yang tidak punya keberanian.
- Membunuh daya kreatifitas dan memupus kemampuan untuk mengadakan pembaharuan.
- Anak-anak yang selalu dimanjakan biasanya akan banyak mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya.
- Anak-anak yang dibesarkan dalam asuhan seperti itu akan menjadi anak
yang sangat rentan dengan masalah, kehilangan kepercayaan diri, tidak
berani mengambil resiko, tidak mau melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
penting dan selalu mengharapkan uluran tangan orang lain.
- Anak-anak itu tidak mau lagi mengembangkan diri karena merasa cukup
dengan apa yang diterimanya. Orangtuanya telah memenuhi segala
keinginannya, pujian dan segalanya menjadi gambaran semu dirinya. Si
anak jadi kehilangan realitas tentang dirinya. Ia merasa sudah sempurna.
- Anak-anak yang selalu dimanjakan dengan segala kesenangan dan segala
keinginannya selalu dipenuhi oleh orangtua mereka, kelak kalau sudah
besar akan tumbuh menjadi manusia yang sombong, suka memaksakan
kehendak. Ia tidak akan pernah membuat ayah-ibunya tenang. Selalu
merengek-rengek agar mereka memenuhi segala keinginannya.
5. Menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak kepada pembantu atau pengasuh
Kesalahan yang amat serius dan banyak terjadi di masyarakat kita
adalah fenomena kesibukan ibu dari peran utamanya merawat rumah dan
anak-anak dengan hal-hal yang tentunya tak kalah penting dari pendidikan
anak. Misalnya, sibuk dengan karir di luar rumah, atau sering
mengadakan kunjungan, menghadiri pertemuan, atau hanya karena
malas-malasan dan tidak mau menangani langsung urusan anak dan
menyerahkan anak dalam perawatan wanita lain seperti pembantu, atau
membawanya ke tempat pengasuhan.
Hal ini berbahaya sekali terhadap kejiwaan anak dan masa depannya,
karena anak berkembang tanpa kasih sayang. Jika anak miskin kasih
sayang, ia pun akan bertindak keras terhadap anggota masyarakatnya,
akibatnya masyarakat hidup dalam kekacauan, keretakan dan kekerasan.
6. Membiarkan anak menjadi korban televisi
Media massa mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam perilaku dan
perbuatan anak, dan media yang paling berbahaya adalah televisi. Hampir
tidak ada rumah yang tidak mempunyai televisi. Padahal pengaruhnya
demikian luas terhadap anak maupun orang dewasa.
Banyak orang tua yang tidak menaruh perhatian bahwa anak mereka
kecanduan menonton televisi. Padahal ini sangat berpengaruh terhadap
akhlak, fitrah dan pendidikan mereka. Mereka dapat mengingat materinya
dengan cara yang lebih baik maka akal pikiran mereka menelan begitu saja
nilai-nilai yang rendah itu. Oleh karena itu, anak-anak harus
dilindungi dan diawasi dari perangkat yang dapat merusak ini.
Head Office HOUSE OF SUCCESS :
Jl. Purnawirawan (Ratu) No.18 Gedung Meneng, Bandar Lampung.
Telp. 0721 712029 / 0811 727 150
Sumber Inspirasi Lain :