Selamat pagi menjelang siang sahabat HOS semuah, Happy Holliday with Familly okey. Pada mau kemana nih sama keluarga, pacar or sahabat ? Mau kepantai kah, ke mall atau hanya sekedar makan siang atau makan malam?? . Kembali ketopik artikel kita hari ini, karna hari ini HOS akan membahas tentang masalah "BULLYING" yang banyak terjadi di sekolah-sekolah antara lain disekolah Sd, Smp, Sma ataupun kuliah. Pasti orang tua dirumah pada gak mau dong anak-anak kesayangnya kenak Bullying disekolah dengan teman-temanya karna itu akan membahayakan kejiwaan si anak, dan sekarang juga sudah banyak contoh anak-anak yang terkena pelecehan ataupun bullying karna akan mempengaruhi mental pisikisnya.
Para peneliti telah menemukan bahwa
seorang anak yang mengalami bullying akan semakin menderita dan
berdampak pada kesehatannya. Semakin lama ia di-bully, maka akan semakin
parah pula kondisinya. Hasil penelitian ini dilaporkan di Pediatrics, jurnal dari American Academy of Pediatrics.
Dipimpin oleh Laura Bogart dari Boston Children’s Division of
General Pediatrics, para peneliti meneliti lebih dari 4.000 anak-anak
dan remaja mulai dari kelas lima hingga kelas 10. Para peneliti
mewawancarai mereka seputar kesehatan mental dan fisik serta bentuk intimidasi (bully) apapun selama kelas lima, tujuh dan sepuluh.
Tim peneliti membandingkan berbagai kelompok siswa yang terdiri dari:
- Mereka yang di-bully baik di masa lalu dan sekarang.
- Mereka yang di-bully hanya di masa sekarang.
- Mereka yang di-bully hanya di masa lalu.
- Mereka yang tidak pernah mengalami bullying.
Pada usia berapapun, bullying dikaitkan dengan kesehatan mental dan fisik, gejala depresi
dan rasa rendah diri yang lebih buruk. Siswa yang mengalami bullying
kronis juga mengalami lebih banyak kesulitan dengan aktivitas fisiknya
seperti berjalan, berlari atau berolahraga. Penelitian kami menunjukkan bahwa bullying jangka panjang memiliki
dampak yang buruk pada kesehatan secara keseluruhan terhadap anak dan efek negatif ini dapat menumpuk dan menjadi lebih buruk seiring berjalannya waktu.
Menurut data PACER Center (organisasi
yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup anak dengan keterbatasan) di
Amerika Serikat setiap tahun ada 3,2 juta anak yang jadi korban bullying, dan lebih dari 160.000 anak membolos setiap hari karena trauma dengan teror yang diterimanya di sekolah. Bullying sebagai suatu tindakan yang
mengganggu orang lain, bisa secara fisik, verbal, atau emosional.
Bullying sering kali terlihat sebagai perilaku pemaksaan atau usaha
menyakiti secara fisik ataupun psikologis terhadap seseorang atau
kelompok yang lebih ”lemah” oleh seseorang atau sekelompok orang yang
mempersepsikan dirinya lebih ”kuat”.
Dampak Buruk Bullying Pada Anak Sekolah
Terdapat berbagai dampak yang ditimbulkan akibat bullying. Dampak yang dialami korban bullying tersebut bukan hanya dampak fisik tapi juga dampak psikis. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian.
- Dampak Jangka Panjang
Hilda (2009) menjelaskan bullying tidak hanya berdampak terhadap korban,
tapi juga terhadap pelaku, individu yang menyaksikan dan iklim sosial
yang pada akhirnya akan berdampak terhadap reputasi suatu komunitas.
Terdapat banyak bukti tentang efek-efek negatif jangka panjang dari
tindak bullying pada para korban dan pelakunya. Pelibatan dalam bullying
sekolah secara empiris teridentifikasi sebagai sebuah faktor yang
berkontribusi pada penolakan teman sebaya, perilaku menyimpang,
kenalakan remaja, kriminalitas, gangguan psikologis, kekerasan lebih
lanjut di sekolah, depresi, dan ideasi bunuh diri. Efek-efek ini telah
ditemukan berlanjut pada masa dewasa baik untuk pelaku maupun korbannya.
- Gangguan Emosi Korban
biasanya akan merasakan berbagai emosi negatif, seperti marah, dendam,
tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam, tetapi tidak
berdaya menghadapinya. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat
mengembangkan perasaan rendah diri dan tidak berharga. Bahkan, tak
jarang ada yang ingin keluar dan pindah ke sekolah lain. Apabila mereka
masih bertahan di situ, mereka biasanya terganggu konsentrasi dan
prestasi belajarnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah.
- Dampak Psikologis
Dampak psikologis yang lebih berat adalah kemungkinan untuk timbulnya
masalah pada korban, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut,
depresi, dan ingin bunuh diri.
- Konsentrasi Belajar Terganggu
Hasil studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource
Center Sanders (2003 dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa bullying
dapat membuat remaja merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi
konsentrasi belajar di sekolah dan menuntun mereka untuk menghindari
sekolah. Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat
mempengaruhi self-esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan
perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap stress dan
depreasi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih ekstrim,
bullying dapat mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh
atau melakukan bunuh diri (commited suicide).
- Depresi dan Marah Terhadap Diri sendiri
Coloroso (2006) mengemukakan bahayanya jika bullying menimpa korban
secara berulang-ulang. Konsekuensi bullying bagi para korban, yaitu
korban akan merasa depresi dan marah, Ia marah terhadap dirinya sendiri,
terhadap pelaku bullying, terhadap orang-orang di sekitarnya dan
terhadap orang dewasa yang tidak dapat atau tidak mau menolongnya. Hal
tersebut kemudan mulai mempengaruhi prestasi akademiknya. Berhubung
tidak mampu lagi muncul dengan cara-cara yang konstruktif untuk
mengontrol hidupnya, ia mungkin akan mundur lebih jauh lagi ke dalam
pengasingan.
- Gangguan Akademik Sekolah
Terkait dengan konsekuensi bullying, penelitian Banks (1993, dalam
Northwest Regional Educational Laboratory, 2001; dan dalam Anesty, 2009)
menunjukkan bahwa perilaku bullying berkontribusi terhadap rendahnya
tingkat kehadiran, rendahnya prestasi akademik siswa, rendahnya
self-esteem, tingginya depresi, tingginya kenakalan remaja dan kejahatan
orang dewasa. Dampak negatif bullying juga tampak pada penurunan skor
tes kecerdasan (IQ) dan kemampuan analisis siswa. Berbagai penelitian
juga menunjukkan hubungan antara bullying dengan meningkatnya depresi
dan agresi.
- Gangguan psikologis, misalnya rasa cemas berlebihan, kesepian.
- Konsep diri sosial korban bullying menjadi lebih negatif karena
korban merasa tidak diterima oleh teman-temannya, selain itu dirinya
juga mempunyai pengalaman gagal yang terus-menerus dalam membina
pertemanan, yaitu di bully oleh teman dekatnya sendiri.
- Korban bullying merasakan stress, depresi, benci terhadap pelaku,
dendam, ingin keluar sekolah, merana, malu, tertekan, terancam, bahkan
ada yang menyilet-nyilet tangannya.
- Membenci lingkungan sosialnya, enggan ke sekolah.
- Keinginan untuk bunuh diri
- Kesulitan konsentrasi, rasa takut berkepanjangan dan depresi
- Cenderung kurang empatik dan mengarah ke psikotis
- Pelaku bullying yang kronis akan membawa perilaku itu sampai dewasa,
akan berpengaruh negatif pada kemampuan mereka untuk membangun dan
memelihara hubungan baik dengan orang lain.
- Korban akan merasa rendah diri, tidak berharga
- Gangguan pada kesehatan fisik: sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk- batuk, gatal-gatal, sakit dada, bibir pecah-pecah.
Dampak bagi pelaku
- National Youth Violence Prevention
mengemukakan bahwa pada umumnya, para pelaku ini memiliki rasa percaya
diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula, cenderung bersifat
agresif dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang
berwatak keras, mudah marah dan impulsif, toleransi yang rendah terhadap
frustasi.
- Para pelaku bullying memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan kurang berempati terhadap targetnya.
- Siswa akan terperangkap dalam peran
pelaku bullying, tidak dapat mengembangkan hubungan yang sehat, kurang
cakap untuk memandang dari perspektif lain, tidak memiliki empati, serta
menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai sehingga dapat mempengaruhi
pola hubungan sosialnya di masa yang akan datang.
- Dengan melakukan bullying, pelaku akan beranggapan bahwa mereka memiliki kekuasaan terhadap keadaan. Jika dibiarkan terus-menerus tanpa intervensi, perilaku bullying ini dapat menyebabkan terbentuknya perilaku lain berupa kekerasan terhadap anak dan perilaku kriminal lainnya.
Dampak bagi siswa lain yang menyaksikan bullying (bystanders)
- Jika bullying dibiarkan tanpa tindak lanjut, maka para siswa lain yang menjadi penonton dapat berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial. Dalam kondisi ini, beberapa siswa mungkin akan bergabung dengan penindas karena takut menjadi sasaran berikutnya dan beberapa lainnya mungkin hanya akan diam saja tanpa melakukan apapun dan yang paling parah mereka merasa tidak perlu menghentikannya.
Penanganan
- Paling ideal adalah apabila ada kebijakan dan tindakan terintegrasi yang melibatkan seluruh komponen mulai dari guru, murid, kepala sekolah, sampai orangtua, yang bertujuan untuk menghentikan perilaku bullying dan menjamin rasa aman bagi korban.
- Program anti-bullying di sekolah dilakukan antara lain dengan cara menggiatkan pengawasan dan pemberian sanksi secara tepat kepada pelaku, atau melakukan kampanye melalui berbagai cara. Memasukkan materi bullying ke dalam pembelajaran akan berdampak positif bagi pengembangan pribadi para murid.
Pencegahan
- Untuk mencegah dan menghambat munculnya
tindak kekeraran di kalangan remaja, diperlukan peran dari semua pihak
yang terkait dengan lingkungan kehidupan remaja.
- Sedini mungkin, anak-anak memperoleh
lingkungan yang tepat. Keluarga-keluarga semestinya dapat menjadi
tempat yang nyaman untuk anak dapat mengungkapkan pengalaman-pengalaman
dan perasaan-perasaannya. Orang tua hendaknya mengevaluasi pola
interaksi yang dimiliki selama ini dan menjadi model yang tepat dalam
berinteraksi dengan orang lain.
- Berikan penguatan atau pujian pada
perilaku pro sosial yang ditunjukkan oleh anak. Selanjutnya dorong anak
untuk mengambangkan bakat atau minatnya dalam kegiatan-kegiatan dan
orang tua tetap harus berkomunikasi dengan guru jika anak menunjukkan
adanya masalah yang bersumber dari sekolah.
- Selama ini, kebanyakan guru tidak
terlalu memperhatikan apa yang terjadi di antara murid-muridnya. Sangat
penting bahwa para guru memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengenai
pencegahan dan cara mengatasi bullying.
- Kurikulum sekolah dasar semestinya
mengandung unsur pengembangan sikap prososial dan guru-guru memberikan
penguatan pada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.
Sekolah sebaiknya mendukung kelompok-kelompok kegiatan agar diikuti oleh
seluruh siswa. Selanjutnya sekolah menyediakan akses pengaduan atau
forum dialog antara siswa dan sekolah, atau orang tua dan sekolah, dan
membangun aturan sekolah dan sanksi yang jelas terhadap tindakan
bullying.
- Jangan anggap remeh Masih
banyak orangtua yang menganggap kakak kelas mengintimidasi adik kelas
sebagai sebuah tradisi, demikian juga perlakuan kasar yang diterima
anak dari temannya sering diabaikan karena akan berlalu seiring dengan
waktu. Saatnya untuk mengubah pandangan tersebut. Jalin komunikasi yang
dalam dengan anak, berilah perhatian lebih bila anak tiba-tiba murung
dan malas ke sekolah.
- Ajari anak untuk melindungi dirinya Ajari anak untuk bersikap self defense
dalam arti menhindari diri dari korban atau pelaku kekerasan. Katakan
kepadanya, “Kalau kamu dipukul temanmu, kamu harus memberitahukan kepada
Ibu Guru.” Bukan malah mengajarkan perilaku membalas atau menggunakan
kekuatan dalam mempertahankan diri. Selain itu, ajarkan pula untuk
bersikap asertif atau mengatakan “tidak” terhadap hal-hal yang memang
seharusnya tidak dilakukan. Selain itu, jangan biasakan anak membawa
barang mahal atau uang berlebih ke sekolah karena bisa berpotensi
menjadi incaran pelaku bullying. Pupuk kepercayaan diri anak, misalnya dengan aktif mengikuti kegiatan ekskul.
- Bina relasi dengan guru dan orangtua murid Bina relasi dan komunikasi yang baik dengan guru di sekolah atau orangtua murid lainnya. Anda bisa mendapatkan informasi adanya kasus bullying atau melaporkan kepada guru bila si kecil bercerita mengenai temannya yang dipukul, misalnya.
Pemberdayaan individual bagi anak
- Beri kesempatan agar anak mau mengomunikasikan secara terbuka kepada
orangtua, guru, atau orang dewasa lain yang mereka percaya dapat
membantu mereka. Pupuk kedekatan hubungan, hargai perasaannya jika
sedang curhat, tidak menyelamatkannya dari emosi negatif, tetapi
berdayakan dia. Mengalami kondisi sulit akan membentuk daya tahan
baginya.
- Katakan kepada anak bahwa tidak ada satu pun cara yang paling tepat
untuk menghadapi bullying, satu cara yang terlihat benar bagi seseorang
mungkin tidak sesuai untuk yang lain. Yang penting adalah bahwa anak
sudah mencoba, mengetahui berbagai pilihan cara, dan dapat memutuskan
siapa yang dapat membantunya sejauh ini. Saran untuk mengabaikan
tindakan pelaku bisa saja diberikan, tetapi tidak selalu berhasil. Perlu
dilakukan strategi lainnya.
- Latih anak untuk berani bicara, dengan kata lain bertindak asertif. Biarkan pelaku tahu bahwa anak tidak nyaman dengan perlakuannya, tetapi dengan kata-kata yang tidak balik menyakiti dan tidak membiarkan tindakan bullying terus berlangsung. Anak sebagai korban memiliki hak untuk membela diri, dan ada cara cerdas untuk melakukannya. Pastikan anak berbicara dengan cara yang memecahkan masalah dan tidak menciptakan lebih banyak masalah dengan orang lain.
Tips agar anak sebagai korban terlihat kuat dan dapat bertahan menghadapi pelaku
- Bertindak percaya diri: tegakkan kepala dan bahu, tataplah mata
pelaku tanpa bermaksud menantang dan jaga suara agar tetap stabil saat
berbicara. Bertindak percaya diri akan membantu anak merasa lebih
percaya diri.
- Menjauh: jika rasa percaya diri anak memudar, minta anak menjauh dari situasi tersebut.
- Usahakan tetap tenang: anak dilatih untuk mencoba berekspresi
terganggu atau bosan. Jangan biarkan si pelaku tahu dia berhasil
mengganggunya.
- Mendinginkan diri dengan minum atau memercikkan air di wajah untuk membantu menenangkan perasaan panas.
- Bernapas dalam-dalam. Menarik napas untuk memasukkan rasa percaya
diri dan kekuatan, dan mengeluarkan perasaan stres dan khawatir.
- Lepaskan saja: berpikir tentang orang dewasa di sekolah yang dapat
mendengarkan dan membantu jika anak mengalami hari yang berat. Jika
tidak ada, tuliskan perasaan sehingga anak dapat membicarakannya ketika
sampai di rumah.
- Latih anak agar tidak mencoba untuk membalas dendam, karena dua kesalahan tidak membuat menjadi benar. Tidak meminta orang lain untuk berpihak, karena hanya akan terus melanjutkan pertengkaran. Tidak tinggal di rumah untuk menghindari si pengganggu di sekolah. Jangan bertindak histeris-hindari berteriak, merengek, dan kehilangan kontrol.
Gimana nih para orang tua udah pada tau kan gimana cara penangannya, jadi kita harus sama-sama "STOP BULLYING" untuk menjadikan Indonesia mempunyai generasi yang lebih baik.
HEAD OFFICE
Jl. Purnawirawan (Gg.Ratu) No.18 Gedong Meneng, Bandar Lampung
HEAD OFFICE
Jl. Purnawirawan (Gg.Ratu) No.18 Gedong Meneng, Bandar Lampung
Telp. 0721-712029