Sepsis adalah kondisi medis serius di mana terjadi peradangan di seluruh tubuh yang disebabkan oleh infeksi. Sepsis dapat menyebabkan kematian pada pasiennya. Sepsis atau septicaemia adalah penyakit yang mengancam kehidupan yang
dapat terjadi ketika seluruh tubuh bereaksi terhadap infeksi. Ini
mengarah ke overdrive serius dari sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan
serangkaian reaksi yang dapat menyebabkan peradangan luas dan pembekuan
darah. Septicaemia atau sepsis didefinisikan sebagai kehadiran banyak
bakteri di dalam darah, yang membagi secara aktif. Hal ini menyebabkan
disfungsi pada organ tubuh. Mungkin bisa menyebabkan terganggunya
sirkulasi darah (shock), depresi jantung, peningkatan fungsi tingkat dan
kelainan atau organ metabolisme.
Belum lama ini, diberitakan sebuah kasus seorang bayi yang mengalami sebuah penyakit langka bernama septicaemia.
Adalah Apyasatya Wandalawangi (Arya), anak pasangan Purwanto dan Ade
Sri Irmawanti yang harus dirawat sejak 14 September 2013 lalu karena
penyakit tersebut. Sayangnya, perjuangan untuk selama hampir dua bulan itu harus terhenti lantaran Tuhan berkehendak lain. Bayi Arya berpulang Jumat (8/11/2013) lalu di Rumah Sakit Hermina, Jakarta, tempat dia dirawat sejak awal.
Menurut Guru Besar di Divisi Hematologi Onkologi Medik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia/Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (FKUI/RSCM) Karmel Lidow Tambunan, septicaemia sebenarnya merupakan penyakit infeksi berat karena bakteri yang ditandai adanya peradangan. Bakteri yang menyebabkan penyakit itu dapat berasal dari banyak jenis, termasuk bakteri gram positif dan negatif. Bahkan, belakangan virus dan jamur pun bisa menjadi penyebab infeksi septicaemia. Peradangan yang disebabkan septicaemia dapat menyebabkan dissemented intravascular coagulation (DIC) atau koagulasi intravaskular diseminata. Kondisi tersebut menyebabkan gangguan pembekuan darah yang bermanifestasi sebagai penyumbatan pembuluh darah karena trombosis atau pendarahan.
Menurut Guru Besar di Divisi Hematologi Onkologi Medik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia/Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (FKUI/RSCM) Karmel Lidow Tambunan, septicaemia sebenarnya merupakan penyakit infeksi berat karena bakteri yang ditandai adanya peradangan. Bakteri yang menyebabkan penyakit itu dapat berasal dari banyak jenis, termasuk bakteri gram positif dan negatif. Bahkan, belakangan virus dan jamur pun bisa menjadi penyebab infeksi septicaemia. Peradangan yang disebabkan septicaemia dapat menyebabkan dissemented intravascular coagulation (DIC) atau koagulasi intravaskular diseminata. Kondisi tersebut menyebabkan gangguan pembekuan darah yang bermanifestasi sebagai penyumbatan pembuluh darah karena trombosis atau pendarahan.
Uniknya,
ada dua hal yang jadi manifestasi dari DIC yang keduanya hampir
bertolak belakang. Itu adalah trombosis atau pembekuan darah menuju
organ dan pendarahan lalu pembekuan
darah yang dapat mengakibatkan kurangnya suplai oksigen dan
nutrisi ke dalam organ. Karena itu, kondisi tersebut meningkatkan risiko
gagal organ, tergantung pada organ apa terjadinya, bisa di jantung,
otak, paru-paru, ginjal, dan organ lainnya. Di sisi lain, DIC juga
mengakibatkan pendarahan yang juga berakibat fatal bagi sistem tubuh.
Septicaemia, sebenarnya bukan termasuk penyakit langka. Pasalnya, angka kejadiannya cukup tinggi dan dapat menyerang siapa saja yang rentan mengalami infeksi, misalnya bayi, orang lanjut usia, dan orang dengan penyakit imunitas seperti AIDS. Infeksi sangat berhubungan dengan daya tahan tubuh seseorang. Jika daya tahan tubuh rendah, maka rentan terkena infeksi. Dan jika tidak segera ditangani seperti diberi antibiotik, maka infeksi akan semakin buruk dan tibalah di kondisi DIC. Spesialis penyakit dalam dari Divisi Tropik - Infeksi FKUI/RSCM Erni Juwita Nelwan mengatakan, septicaemia atau dikenal juga dengan istilah sepsis bukanlah penyakit langka. Apalagi di negara tropis seperti Indonesia yang angka kejadian infeksinya cukup tinggi.
Septicaemia, awalnya terjadi karena adanya infeksi di organ tertentu seperti paru-paru, kulit, kandung kemih dan organ lainnya yang berpenyakit. Misalnya, paru-paru yang terkena pneumonia, bakterinya bisa masuk ke darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Faktor risiko dari septicamia, kata Erni, dibagi menjadi tiga yaitu dari sisi pasien yang meliputi usia, penyakit penyerta, dan gangguan imun. Selain itu, ada pula patogenitas dari bakteri atau virus yang menjadi penginfeksi. Semakin patogen, maka semakin tinggi kemungkinan bakteri atau virus untuk mengakibatkan septicaemia.
Faktor risiko lainnya yaitu lingkungan. Semakin lingkungan dipenuhi bakteri atau virus, maka semakin mudah seseorang untuk terkena infeksi. Ada pula faktor paparan dari lingkungan, misalnya seseorang menggunakan selang untuk kencing atau selang untuk makan, maka cenderung lebih mudah terinfeksi. Satu hal yang membuat septicaemia sangat berbahaya adalah angka mortalitasnya yang tinggi. Karna tingkat mortalitas penyakit tersebut mencapai 50-80 persen yang berarti dari dua orang yang mengalaminya, satu orang pasti meninggal.
Septicaemia, sebenarnya bukan termasuk penyakit langka. Pasalnya, angka kejadiannya cukup tinggi dan dapat menyerang siapa saja yang rentan mengalami infeksi, misalnya bayi, orang lanjut usia, dan orang dengan penyakit imunitas seperti AIDS. Infeksi sangat berhubungan dengan daya tahan tubuh seseorang. Jika daya tahan tubuh rendah, maka rentan terkena infeksi. Dan jika tidak segera ditangani seperti diberi antibiotik, maka infeksi akan semakin buruk dan tibalah di kondisi DIC. Spesialis penyakit dalam dari Divisi Tropik - Infeksi FKUI/RSCM Erni Juwita Nelwan mengatakan, septicaemia atau dikenal juga dengan istilah sepsis bukanlah penyakit langka. Apalagi di negara tropis seperti Indonesia yang angka kejadian infeksinya cukup tinggi.
Septicaemia, awalnya terjadi karena adanya infeksi di organ tertentu seperti paru-paru, kulit, kandung kemih dan organ lainnya yang berpenyakit. Misalnya, paru-paru yang terkena pneumonia, bakterinya bisa masuk ke darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Faktor risiko dari septicamia, kata Erni, dibagi menjadi tiga yaitu dari sisi pasien yang meliputi usia, penyakit penyerta, dan gangguan imun. Selain itu, ada pula patogenitas dari bakteri atau virus yang menjadi penginfeksi. Semakin patogen, maka semakin tinggi kemungkinan bakteri atau virus untuk mengakibatkan septicaemia.
Faktor risiko lainnya yaitu lingkungan. Semakin lingkungan dipenuhi bakteri atau virus, maka semakin mudah seseorang untuk terkena infeksi. Ada pula faktor paparan dari lingkungan, misalnya seseorang menggunakan selang untuk kencing atau selang untuk makan, maka cenderung lebih mudah terinfeksi. Satu hal yang membuat septicaemia sangat berbahaya adalah angka mortalitasnya yang tinggi. Karna tingkat mortalitas penyakit tersebut mencapai 50-80 persen yang berarti dari dua orang yang mengalaminya, satu orang pasti meninggal.
Kenali Gejala Septicemia, Gejala
Septicemia antara lain. Demam, menggigil, napas cepat, dan detak
jantung cepat. Penderita nampak sangat akit. Gejala dengan cepat
berkembang menjadi syok dengan penurunan suhu tubuh (hipotermia),
penurunan tekanan darah, kebingungan atau perubahan lain dalam status
mental, dan masalah penggumpalan darah yang mengarah ke jenis tertentu
seperti bintik-bintik merah di kulit (petechiae dan ecchymosis).
Apakah Septicaemia Pada Bayi Dapat Disembuhkan?
Menurut rilis sebuah media kesehatan Amerika yang dipublikasikan
beberapa waktu yang lalu, dikatakan bahwa hampir sebagian besar septicaemia pada bayi berakhir dengan kematian dan hanya sedikit yang mampu selamat setelah mendapatkan penanganan
segera dan mendapatkan produk darah untuk mengkoreksi terjadinya
gangguan bekuan darah. Masih menurut media tersebut, dikatakan bahwa
besarnya angka kematian ini disebabkan oleh keterlambatan diagnosa
sehingga terjadi syok karena penurunan tekanan darah yang tiba-tiba dan
mengakibatkan kerusakan pada organ vital tubuh.
Data dan Fakta
Untuk dapat menjawab pertanyaan apakah septicaemia pada bayi dapat disembuhkan atau tidak, ada baiknya menyimak beberapa data dan fakta penanganan septicaemia pada bayi sebagaimana diolah dari berbagai sumber, yaitu:
1. ICU. Semua bayi yang didiagnosa positif mengidap septicaemia
ketika mengunjungi rumah sakit atau klinik medis, maka pihak rumah
sakit akan segera melakukan tindakan penanganan gawat darurat dengan
memberikan cairan infus agar penurunan tekanan darah tidak semakin parah
serta pemberian antibiotika yang tepat agar tidak terjadi kerusakan
organ vital. Pada keadaan yang parah, bisa saja bayi akan dihubungkan dengan intubation untuk membantu proses pernapasan atau dialisis untuk membantu kinerja ginjal.
2. Tindakan bedah atau bahkan amputasi. Tidak menutup kemungkinan jika tindakan bedah harus dilakukan untuk mengeluarkan sumber infeksi atau bahkan tindakan amputasi akan dilakukan apabila kerusakan jaringan sudah makin parah dan dapat menyebabkan kematian bayi.
3. Antibiotika. Konsumsi antibiotika pada jangka waktu tertentu merupakan salah satu keharusan agar bakteri yang menyebabkan terjadinya keracunan darah ini dapat diisolasi atau bahkan dimusnahkan. Pemberian antibiotik ini memang tidak mungkin diberikan secara oral, sehingga harus dilakukan secara injeksi. Namun demikian, pemberian antibiotik dalam jangka panjang juga dapat memicu kerusakan pada organ hati dan ginjal.
2. Tindakan bedah atau bahkan amputasi. Tidak menutup kemungkinan jika tindakan bedah harus dilakukan untuk mengeluarkan sumber infeksi atau bahkan tindakan amputasi akan dilakukan apabila kerusakan jaringan sudah makin parah dan dapat menyebabkan kematian bayi.
3. Antibiotika. Konsumsi antibiotika pada jangka waktu tertentu merupakan salah satu keharusan agar bakteri yang menyebabkan terjadinya keracunan darah ini dapat diisolasi atau bahkan dimusnahkan. Pemberian antibiotik ini memang tidak mungkin diberikan secara oral, sehingga harus dilakukan secara injeksi. Namun demikian, pemberian antibiotik dalam jangka panjang juga dapat memicu kerusakan pada organ hati dan ginjal.
Berdasarkan beberapa data dan fakta tentang penanganan bayi septicaemia di atas sepertinya cukup untuk menjawab pertanyaan apakah septicaemia pada bayi dapat disembuhkan atau tidak. Oleh karena itu, mengenali dengan benar gejala awal serangan septicaemia pada bayi merupakan suatu keharusan agar bayi mendapatkan tindakan penanganan segera dan memperkecil resiko kematian.