Senin, 22 September 2014

Suatu hari seorang anak laki-laki sedang memperhatikan sebuah kepompong, eh ternyata di dalamnya ada kupu-kupu yang sedang berjuang untuk melepaskan diri dari dalam kepompong. Kelihatannya begitu sulitnya, kemudian si anak laki-laki tersebut merasa kasihan pada kupu-kupu itu dan berpikir cara untuk membantu si kupu-kupu agar bisa keluar dengan mudah. Akhirnya si anak laki-laki tadi menemukan ide dan segera mengambil gunting dan membantu memotong kepompong agar kupu-kupu bisa segera keluar dr sana. Alangkah senang dan leganya si anak laki laki tersebut.Tetapi apa yang terjadi? Si kupu-kupu memang bisa keluar dari sana. Tetapi kupu-kupu tersebut tidak dapat terbang, hanya dapat merayap.
 
Apa sebabnya? Ternyata bagi seekor kupu-kupu yang sedang berjuang dari kepompongnya tersebut, yang mana pada saat dia mengerahkan seluruh tenaganya, ada suatu cairan didalam tubuhnya yang mengalir dengan kuat ke seluruh tubuhnya yang membuat sayapnya bisa mengembang sehingga ia dapat terbang, tetapi karena tidak ada lagi perjuangan tersebut maka sayapnya tidak dapat mengembang sehingga jadilah ia seekor kupu-kupu yang hanya dapat merayap. 
 
Itulah potret singkat tentang pembentukan karakter, akan terasa jelas dengan memahami contoh kupu-kupu tersebut. Seringkali orangtua dan guru, lupa akan hal ini. Bisa saja mereka tidak mau repot, atau kasihan pada anak. Kadangkala Good Intention atau niat baik kita belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik. Sama seperti pada saat kita mengajar anak kita. Kadangkala kita sering membantu mereka karena kasihan atau rasa sayang, tapi sebenarnya malah membuat mereka tidak mandiri. Membuat potensi dalam dirinya tidak berkembang. Memandulkan kreativitasnya, karena kita tidak tega melihat mereka mengalami kesulitan, yang sebenarnya jika mereka berhasil melewatinya justru menjadi kuat dan berkarakter.
 
Sama halnya bagi pembentukan karakter seorang anak, memang butuh waktu dan komitmen dari orangtua dan sekolah atau guru untuk mendidik anak menjadi pribadi yang berkarakter. Butuh upaya, waktu dan cinta dari lingkungan yang merupakan tempat dia bertumbuh, cinta disini jangan disalah artikan memanjakan. Jika kita taat dengan proses ini maka dampaknya bukan ke anak kita, kepada kitapun berdampak positif, paling tidak karakter sabar, toleransi, mampu memahami masalah dari sudut pandang yang berbeda, disiplin dan memiliki integritas (ucapan dan tindakan sama) terpancar di diri kita sebagai orangtua ataupun guru. Hebatnya, proses ini mengerjakan pekerjaan baik bagi orangtua maupun guru dan anak jika kita komitmen pada proses pembentukan karakter.
 
Dalam berkomunikasi, orang tua hendaknya menjadi pendengar yang baik, tidak menyela pembicaraan, mengganti pernyataan dengan pertanyaan, berempati terhadap anak dan masalahnya, tidak berkomentar sebelum diminta. Kalaupun berkomentar. 

Melewati Fase Kritis Anak
Ada enam fase kritis, yang dilalui anak hingga menjadi dewasa. Orang tua dan guru hendaknya memahaminya sebagai suatu yang normal. untuk menandai dan menyikapi fase-fase pertumbuhan anaknya mulai dari balita, usia TK, usia SD, usia SMP, usia SMA, hingga usia kuliah. Satu hal yang penting tak boleh dilepaskan dalam masing-masing fase itu,
Usia balita
Ciri-ciri: merasa selalu benar, memaksakan kehendak, tidak mau berbagi. Peran orang tua:
- Berikan kesempatan anak beberapa detik untuk berkuasa.
- Berikan kesempatan beberapa detik untuk memiliki secara penuh.
- Perkenalkan pada arti boleh dan tidak boleh dengan menggunakan ekspresi wajah.
- Konsisten dan jangan menggunakan kekerasan baik suara maupun fisik.
Usia TK
Ciri-ciri: konflik adaptatif, imitatif, berbagi, dan mau mengalah. Ketiga sifat terakhir ini karena anak ingin diterima dalam kelompok.
Peran orang tua:
- Beri kesempatan untuk memerhatikan, mencoba, dan bekerja sama.
- Perhatikan dan luruskan perilaku imitatif yang cenderung negatif.
- Dukunglah anak untuk bisa berbagi dan mengalah.

Usia SD

Ciri-ciri: anak ingin mendapat pengakuan diri. Karena itu, ciri-ciri utamanya punya pendapat berbeda, penampilan berbeda, gaya bicara berbeda, dan hobinya pun berbeda.
Peran orang tua:
- Menghargai pendapatnya dan jangan menyalahkan.
- Ajaklah dialog logika dan pengalaman.
- Pujilah hal-hal yang baik dari penampilannya, bantulah dengan kalimat positif untuk bisa tampil lebih baik lagi.
- Jangan langsung menyela gaya bicaranya, bangun ketertarikan dan bantulah dia untuk bisa lebih punya gaya bicara yang menarik.
Usia SMP
Ciri-ciri: anak memasuki persaingan. Karena itu anak mengalami konflik antarpersonal, konflik antarkelompok, dan konflik sosial.
Peran orang tua:
- Meningkatkan proses kedekatan dengan anak melalui dialog dan berbagai cara.
- Jadilah pendengar yang baik dan buka menjadi hakim.
- Jangan pernah menyela pembicaraan dan cerianya.
- Jangan beri komentar atau nasihat sebelum tiba waktunya.
 
Sekarang para orang tua harus lebih perduli lagi, karna karakter pada anak harus terus diperhatikan agar kedepanya tidak akan menjadi masalah yang terlalu buruk, untuk sang anak dan untuk orang tuanya. 


HEAD OFFICE
Jl. Purnawirawan (Gg.Ratu) No. 18 Gedong Meneng, Bandar Lampung .
Telp. 0721-712029


Orangtua sering mendapati anak terlihat melamun saat beraktivitas atupun bermain. Salah satu penyebab anak suka melamun adalah ketidak seimbangan otak, seperti yang diungkap Paul Mclain dalam teorinya mengenai konsep otak dinamis (dynamic brain). Menurutnya, otak dapat menjadi tidak seimbang lantaran 2 hal, bisa penyebab fisik maupun psikis.


Faktor Fisik
Ketidak seimbangan otak terjadi karena secara metabolisme, organ tersebut memang sedang terganggu. Misal, karena asupan nutrisi anak memang tidak baik dan membuat kerja otaknya tak maksimal. Kekurangan cairan (kurang minum air putih) juga akan membuatnya kerap terlihat “bengong.” Ini bisa dipahami mengingat 75% tubuh manusia terdiri dari cairan yang 25%-nya berada di otak. Kelebihan suatu nutrisi (kebanyakan makanan yang mengandung gula) bisa juga membuat otak tidak seimbang. Jadi dapat dibayangkan, pada kondisi kekurangan atau kelebihan salah satu zat gizi saja, sudah dapat memengaruhi otak, apalagi pada kasus anak yang mengalami ketidakseimbangan gizi yang parah. Faktor fisik lain yang dapat menjadi “biang keladi” ketidak seimbangan otak adalah kurangnya anak bergerak. Ia lebih sering menghabiskan waktu di depan teve, ketimbang berlari-larian di luar rumah, contoh. Padahal tubuh harus cukup bergerak dan digerakkan. Banyak diam akan membuat otak jadi tidak seimbang lantaran tidak terstimulasi dengan baik. Aneka permainan outdoor dipercaya dapat merangsang gerak motorik supaya otak anak terstimulasi dengan baik. Demi mempererat hubungan orangtua dengan anak, aktivitas fisik yang disarankan dilakukan intens setiap hari ini akan sangat baik jika dilakukan bersama-sama sekeluarga.


Faktor Psikologis
Dari sisi psikologis biasanya stres adalah penyebab utama ketidakseimbangan otak. Tekanan stres berbeda-beda, dari ringan, sedang, hingga berat. Sama halnya dengan daya tahan anak kala menghadapi stres yang berbeda-beda, ada yang lemah, ada pula yang tangguh. Pemicu stres pada usia ini umumnya adalah rasa kesal atau takut setelah dimarahi, punya keinginan tidak terkabulkan, melihat pertengkaran orangtua, kerap ditinggal orangtua bekerja, dimusuhi teman, tuntutan sekolah atau orangtua yang memaksakan anak untuk berprestasi, dan lainnya. Tekanan-tekanan inilah yang kerap menjadi beban pikiran anak sehingga ia bisa termenung dan melamun di tengah aktivitas.
Ada anak yang memang lebih kerap mengkhayal ketimbang anak lainnya. Anak yang berkarakter tenang suka mengamati untuk memahami sesuatu yang baru ia lihat. Aspek kognitif si prasekolah yang tengah berkembang pun cenderung mendorong pikirannya untuk selalu melayang-layang. Sehabis menikmati film Upin dan Ipin, misal, anak yang tengah teringat kecerdikan anak kembar itu, lantas beranda-andai jikalau ia bisa secerdas mereka dan berhasil menangkap pejahat.

Rasa bosan atau tak ada minat pada kegiatan tertentu juga dapat membuat anak melamun. Keinginannya untuk menonton film Donald Duck yang “terjegal” keharusan belajar, bisa saja membuat si kecil jadi berkhayal bagaimana kalau pada saat itu ia tengah menyaksikan aksi kocak bebek nakal itu. Selain wajar, melamun sebenarnya juga dapat menstimulasi kreativitas berpikir anak. Saat tengah duduk termenung dan menyaksikan buah jambu yang jatuh dari pohon, dalam benaknya bisa timbul pertanyaan. “Kok jambunya jatuh, ya?” Setelah menerka-nerka penyebabnya, namun tak ketemu jawabannya, ia bisa saja bertanya kepada orangtuanya. Dari situlah ia mendapat pengetahuan baru dari aktivitas melamun.

Waspadai Bila Terlalu Sering. Namun tentu intensitas melamun yang terlalu sering dan lama (sampai mengganggu aktivitas) harus dicari akar permasalahannya dan perlu segera ditangani. Berikut adalah beberapa ciri melamun yang terbilang sudah tidak wajar:
* Melamun di dua tempat yang berbeda. Misal tidak hanya melamun selama di rumah, dari laporan guru, anak pun kerap bengong kala pelajaran tengah berlangsung.
* Melakukan kecerobohan. Melamun pun bisa diidentifikasi lewat kecerobohan-kecerobohan yang dilakukan anak. Contoh, saat ia diminta menulis angka 01 jadi 10, 12 jadi 21, minta tolong mengambilkan pensil biru jadi pensil merah, dan lainnya. 

* Menjadi pelupa.
Anak berubah menjadi pelupa. Beban pikiran yang mengganggu keseimbangan otaknya membuat ia sering kehilangan alat tulis, botol air minum di sekolah, lupa meletakkan mainan, dan lainnya.

* Clumsy. Beberapa gejalanya saat berjalan menabrak sesuatu (entah meja, sofa, dan lainnya), mudah terjatuh, koordinasi gerakan lemah, dan lainnya. Jika gejala ini muncul mungkin beban di otaknya sudah sangat berat sampai-sampai ia tak bisa beraktivitas dengan baik.
Satu hal yang jelas, perilaku bengong/melamun anak yang sudah tak wajar mesti mendapat perhatian khusus dari orangtua. Tanpa adanya penanganan serius, lama-kelamaan keadaan ini akan memunculkan dampak yang lebih buruk yang bisa menganggu pertumbuhan fisik dan psikis anak.

Anak yang seharusnya tumbuh aktif mengeksplorasi lingkungan dan bersosialisasi dengan kawan-kawannya, malah sering menyendiri dan melamun. Jika dibiarkan, dampaknya dapat merembet terhadap hal lain, seperti ia jadi malas belajar, tidak mau makan, tidak nyenyak tidur dan sebagainya.

Asalkan melamunnya tak terus-menerus dan kalau diajak bicara masih nyambung, tak usah khawatir. Justru dari melamun, si kecil bisa kreatif. 
 
Tentu wajar-wajar saja anak melamun. Apalagi bila ia pada dasarnya tak terlalu banyak bergerak alias tenang atau lebih ke arah sebagai pemikir. Jika diberi makanan pun, biasanya si pemikir akan diam dulu, baru kemudian dimakannya. Hanya saja, mikir-nya anak usia prasekolah bukan seperti mikir-nya orang dewasa dalam arti problem solving. Pada anak, jelas Lidia L. Hidajat, MPH, mikir-nya lebih ke arah mencerna hal-hal yang baru. "Ia akan terus bertanya mengapa hal ini terjadi, misal."

Nah, pada anak yang terbuka, biasanya cenderung langsung bertanya pada orang tuanya, "Ma, kenapa, sih, lampu itu bisa mati? Kan, yang lain nyala," atau ia malah langsung membongkar lampu yang membuatnya penasaran itu. Hal ini disebabkan, anak yang terbuka, reaksinya pada setiap kejadian langsung frontal. Tak demikian halnya dengan si tertutup, ia akan berpikir sendiri, "Kok, bisa, ya,lampu itu mati? Padahal, yang lain tetap menyala."

BERIMAJINASI
Jangan lupa, pada dasarnya anak usia prasekolah tengah berkembang aspek kognitifnya. Banyak hal baru yang tadinya (di usia sebelumnya) tak terpikir dan kurang diperhatikan, kini jadi menarik perhatiannya. Itulah mengapa, di awal usia ini, biasanya anak mulai banyak bertanya dan kebanyakan pertanyaannya membutuhkan jawaban berupa penjelasan sebab-akibat.

Selain itu, di usia prasekolah, anak juga banyak berfantasi. Ia sering teringat sesuatu yang menarik perhatiannya, lalu memikirkannya. Jadi, yang selama ini tak menarik perhatiannya, tapi ketika memori itu muncul, ia lantas berpikir, "Kemarin, film Putri Saljunya lucu juga, ya. Tapi warna bajunya apa, ya?" Lalu, ia membayangkan dirinya tengah berada di negeri dongeng tersebut menjadi si Putri Salju. Hal ini, menurut Lidia, merupakan suatu proses yang menjadi satu kesatuan dalam perkembangan kognitif, antara fantasi yang sedang berkembang dan memori bercampur.

Tak hanya itu, melamun pada anak juga merupakan hasil dari perkembangan emosinya, entah marah, takut, cemas, ataupun benci. Misal, si kecil benci pada anak tetangga yang bernama Doni dan ingin memukulnya tapi tak bisa, ia lantas berpikir, "Aduh, aku sebenarnya marah banget. Kemarin si Doni ngambil bonekaku tapi kalau aku pukul, gimana, ya. Nanti aku dipukul lagi dan aku juga dimarahin Bunda." Bisa juga, melamunnya itu karena ia bosan sesuatu kegiatan. Misal, kala main dengan sepupunya dan si sepupu "bandel", ia akan berpikir, "Duh, kapan selesainya, ya?" Atau, melamunnya disebabkan ketidakminatannya terhadap apa yang dilakukannya ketika itu. Saat berada di kelas, misal, tiba-tiba ia diam karena ia tak terlalu in dengan apa yang dikatakan gurunya. "Biasanya ini terjadi pada anak yang masih kecil dan dipaksa 'sekolah'. Bisa saja, kan, ia melamun karena sebetulnya ia berusaha mencerna tapi tetap tak bisa, 'Ibu Guru ini ngomong apaan, sih?', misal. Akhirnya, fokus dia malah ke luar jendela karena di sana ada hal yang lebih menarik buatnya. Jadilah ia melamun, 'Duh, asyik kali, ya, kalau aku bisa ke luar kelas dan bermain di sana.' Nah, dari situ dia mulai berandai-andai."

Jadi, melamun pada anak harus dibedakan, apakah memang bawaan dia karena tipe mengamati, tak banyak omong, atau merupakan salah satu akibat dari kejadian tertentu.

INTERVENSI ORANG TUA
Yang patut diwaspadai, bila perubahan yang terjadi sangat drastis. Misal, tadinya si kecil aktif sekali, tiba-tiba jadi suka melamun atau melamunnya menjadi suatu kegiatan yang menyita hampir seluruh keseharian anak. Bila demikian, ada 2 kemungkinan yang terjadi pada anak. Kemungkinan pertama, ia melamun karena ada sebab tertentu semisal sakit tapi tak bisa mengungkapkan sakitnya. "Jadi, ia hanya memikirkannya sendiri, 'Perutku, kok, rasanya seperti muter, ya tapi tak bisa ngomong dengan ibunya." Kemungkinan kedua, ada suatu kejadian yang menyita pikirannya entah kejadian menyenangkan atau menyedihkan, tapi biasanya lebih banyak yang menyedihkan. Soalnya, jelas Lidia, sesuatu yang menyenangkan pada anak-anak, umumnya akan dikeluarkan. Sebaliknya, yang menyedihkan justru akan dipendam, "Kok, Bunda marah sama aku, ya?".

Nah, bila dua kemungkinan ini yang terjadi pada anak, menurut Lidia, orang tua harus intervensi. "Awalnya dengan pengenalan orang tua terhadap irama anak sehari-harinya. Selanjutnya, cari tahu mengapa ia melamun." Dari sini kita musti pandai-pandai menggali apa yang ia rasakan; apakah lantaran berpisah dengan orang-orang yang dicintainya, misal, berpisah dengan neneknya yang sudah tinggal di rumahnya selama sebulan. "Ia tak bisa mengungkapkan dengan rinci, 'Kok, Nenek enggak tinggal sama kita lagi? Kapan Nenek datang lagi?', misal." Atau, ia kehilangan teman yang selama ini dekat dengannya, hingga ia lantas melamunkannya, "Seandainya sekarang Odi masih ada, jam segini biasanya aku lagi main sepeda sama dia.

Dengan kita intervensi, si kecil tak merasa sendirian lagi. Hingga, lama-lama keluar juga perasaannya, entah marah, takut, benci seseorang, sedih, atau menginginkan sesuatu yang tak terungkap, dan lainnya. Soalnya, jika perasaan yang terpendam itu didiamkan saja, dampaknya tak baik buat anak. Selain menyita banyak perhatian si anak, ia pun akan merasa tak enak. "Kejadian yang tak enak itu, kan, akan membekas padanya, hingga semua aktivitasnya jadi terganggu, makannya pun mungkin jadi tak benar, tidurnya tak tenang, dan sebagainya."

Hal lain yang harus diwaspadai, bila anak jadi pelamun terus ditanya enggak nyambung atau diam saja tak bereaksi, "berarti ia sudah keluar dari jalurnya. Bisa jadi ia mengarah ke autisme," bilang Lidia. Namun bila ia melamun dan kita bilang, misal, "Kak, sambil makan, ya?", lalu ia melamun sambil mengunyah makanannya, berarti ia hanya sedang memikirkan sesuatu, tak ada yang perlu dikhawatirkan.

MELAHIRKAN KREATIVITAS
Jadi, bila melamunnya masih dalam batas wajar alias tak terlalu sering dan terus-menerus, menurut Lidia, kita tak usah terlalu khawatir, apalagi sampai berniat mengubahnya. Sebab, bisa jadi dari melamunnya itu akan melahirkan suatu kreativitas. Misal, kala sedang melamun, ia melihat burung sedang terbang dan berpikir, "Kok, burung bisa terbang, ya?", lalu cepat-cepat ia mengambil peralatan gambarnya dan menuangkannya dalam bentuk gambar, atau malah membuat burung-burungan dari kertas. "Bisa saja, kan, misal, ia kepingin menggambar, terus ia perlu waktu untuk duduk dulu. Kalau kebetulan rumahnya tingkat, ia ngeliatin mobil di bawah, O mobil itu modelnya begitu. Berarti, melamunnya untuk sesuatu yang produktif."

Jadi, sepanjang anak bahagia dengan melamun, bahkan mendorongnya jadi kreatif, senang baca, sering bertanya, tak perlulah kelewat dicemaskan. Namun tentu saja, untuk menjadikan lamunan berdampak positif buat si kecil, kita harus tahu dulu mengapa ia melamun dan apa hasilnya sesudah ia melamun. Untuk itu, kita perlu mengenali ritmenya secara keseluruhan dulu. Bila memang sehabis melamun ia bisa menghasilkan sebuah gambar, misal, ya, sudah, biarkan saja. Malah seharusnya kita dukung ia dengan membawanya ke tempat-tempat bagus agar kreativitasnya terus dirangsang hingga makin berkembang.

Namun demikian, kita tetap harus melakukan kontrol, apakah kontaknya dengan dunia luar masih ada atau tidak. "Bila ia ditanya tapi tak menjawab atau sibuk dengan dunianya sendiri, kita harus lebih aktif untuk menariknya dari dunia keduanya itu." Misal, "Kakak sudah lama banget diam di jendela. Yuk, bantuin Mama menjahit." Atau, alihkan si kecil pada aktivitas yang disukainya agar ia lupa dengan lamunannya. Pendeknya, kalau ia sudah kelamaan melamun, buat ia kembali beraktivitas. Perhatikan juga, bila tiap habis melamun, tidur malamnya tak tenang dan teriak-teriak, kita perlu bertanya-tanya, "Ada apa ini?"

Intinya, sering-seringlah mengajak anak berkomunikasi tentang hal-hal yang disenanginya, entah soal temannya, kegiatan yang telah dilakukannya, maupun hal-hal yang tengah dilamunkannya. Misal, "Kak, liatin apa, sih? Kok, sepertinya asyik banget. Bunda lihat juga, dong." Kalau ia tak bisa menjawab, kita harus terus bertanya, "Kakak ingat Eyang, ya?" Bila ia bilang, "Tidak," teruslah bertanya, "Kakak ingat teman?" atau "Ada yang sakit?" Jadi, kita harus membantu untuk mencari petunjuknya, karena mungkin saja ia tak bisa menjelaskan dengan kata-kata. Begitu pun bila kita tahu melamunnya disebabkan sesuatu yang menyakitkan, meresahkan, menakutkan, atau membuatnya marah, tapi tak bisa diungkapkan, kita harus bantu mengatasinya dengan cara menanyakannya.

Sekarang HOS sudah memberi tau kepada para bunda dan calon bunda, kita bisa mengambil positive dan negative dari Melamun atau Bengong tadi. Kembali lagi tergantung pada orang tuanya akankah dia merasa lamunan tersebut bermanfaat atau malah sebaliknya. Tapi jangan sesekali bunda mengancurkan lamunan sang buah hati apalagi bila sang buah hati anda sangat senang bermainan dengan imajinasinya yang hebat dan mungkin imajinasinya tersebut adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada anak anda, dan akan membuat dunia kagum akan imajinasinya tersebut.

Dan kami HOUSE OF SUCCESS mempunyai sebuah alat yang bisa mendektesi kepintaran buah hati anda yang disebut "Fingerprint" atau "Analisa sidik jari" yang sudah banyak manfaatnya dan sangat terbukti bahwa 98% hasilnya "Benar" dan akan menjang karir anak anda dikemudian hari dengar cara datang ke HOUSE OF SUCCES (Rumah yang membikin orang Sukses dengan cara yang masuk akal) .
Jl. Purnawirawan (Gg.Ratu) No. 18 Gedong Menang, Bandar Lampung.
Telp. (0721) 712029 
Kami akan menunggu datangnya anda dan datangnya kesuksesan anda dan buah hati anda, karna Analisa sisdik jari tidak hanya untuk anak-anak saja namun para pasangan yang baru mengarungi bahtra pernikahan ataupun para mahasiwa-mahasiswi yang bingung akan mengambil jurusan apa untuk kedepanya. Dan jangan takut bagi para karyawan perusahaan "Analisa sidik jari" ini Sangat di butuhkan, karna dengan cara ini kita kan mengetahui tempat manakah yang kan cocok bagi calon pekerja dan kita para bos atupun manager akan mengetahui sifat dan karakteristiknya melalui "Sidik jari" ini contohnya, apakah dia suka berbohong, jujur atau tidak dan bisa menjaga rahasia perusahaan atau tidak.

SEGERA BUKTIKAN SEKARANG JUGA!!


Kita tentu sering sekali mendengar istilah persepsi, ilusi, maupun halusinasi. Pada ilmu kejiwaan, kata-kata tersebut sangat akrab bagi mereka yang berkecimpung di dalamnya. Tapi apa sebenarnya persepsi, ilusi dan halusinasi ditinjau dari sisi kejiwaan ?
 
Persepsi adalah hasil interaksi antara dua faktor, yaitu faktor rangsangan sensorik yang tertuju kepada individu atau seseorang dan faktor pengaruh yang mengatur atau mengolah rangsangan itu secara intra-psikis. faktor-faktor pengaruh itu dapat bersifat biologis, sosial, dan psikologis. Karena adanya proses pengaruh-mempengaruhi antara kedua faktor tadi, di mana di dalamnya bergabung pula proses asosiasi, maka terjadilah suatu hasil interaksi tertentu yang bersifat "gambaran psikis"

Ilusi adalah suatu persepsi panca indera yang disebabkan adanya rangsangan panca indera yang ditafsirkan secara salah. Dengan kata lain, ilusi adalah interpretasi yang salah dari suatu rangsangan pada panca indera. Sebagai contoh, seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat meng-interpretasikan suara gemerisik daun-daun sebagai suara yang mendekatinya. Ilusi sering terjadi pada saat terjadinya ketakutan yang luar biasa pada penderita atau karena intoksikasi, baik yang disebabkan oleh racun, infeksi, maupun pemakaian narkotika dan zat adiktif. Ilusi terjadi dalam bermacam-macam bentuk, yaitu ilusi visual (penglihatan), akustik (pendengaran), olfaktorik (pembauan), gustatorik (pengecapan), dan ilusi taktil (perabaan). 

Halusinasi adalah persepsi panca indera yang terjadi tanpa adanya rangsangan pada reseptor-reseptor panca indera. Dengan kata lain, halusinasi adalah persepsi tanpa obyek.
Halusinasi merupakan suatu gejala penyakit kejiwaan yang gawat (serius). Individu mendengar suara tanpa adanya rangsangan akustik. Individu melihat sesuatu tanpa adanya rangsangan visual, membau sesuatu tanpa adanya rangsangan dari indera penciuman.
Halusinasi sering dijumpai pada penderita Schizophrenia dan pencandu narkoba. Halusinasi juga dapat terjadi pada orang normal, yaitu halusinasi yang terjadi pada saat pergantian antara waktu tidur dan waktu bangun. Hal ini disebut halusinasi hypnagogik.
Bermacam-macan bentuk halusinasi
Halusinasi akustik (pendengaran)
Halusinasi ini sering berbentuk : 
* Akoasma, yaitu suara-suara yang kacau balau yang tidak dapat dibedakan secara tegas

* Phonema, yaitu suara-suara yang berbentuk suara jelas seperti yang berasal dari

manusia, sehingga penderita mendengar kata-kata atau kalimat kalimat tertentu 

Halusinasi visual (penglihatan)
Penderita melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi visual sering menimbulkan ketakutan yang hebat pada penderita.
Halusinasi olfaktorik (pembauan)
Penderita membau sesuatu yang tidak dia sukai. Halusinasi ini merupakan gambaran dari perasaan bersalah penderitanya.
Halusinasi gustatorik (pengecap)
Halusinasi gustatorik murni jarang dijumpai, tetapi sering terjadi bersama-sama dengan halusinasi olfaktorik.
Halusinasi taktil (perabaan)
Halusinasi ini sering dijumpai pada pencandu narkotika dan obat terlarang.
Halusinasi haptik
Halusinasi ini merupakan suatu persepsi, di mana seolah-olah tubuh penderita bersentuhan secara fisik dengan manusia lain atau benda lain. Seringkali halusinasi haptik ini bercorak seksual, dan sangat sering dijumpai pada pencandu narkoba.
Halusinasi kinestetik
Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami perubahan bentuk, dan bergerak sendiri. Hal ini sering terjadi pada penderita Schizophrenia dan pencandu narkoba.
Halusinasi autoskopi
Penderita seolah-olah melihat dirinya sendiri berdiri di hadapannya.
Penderita Schizophrenia sangat perlu dikasihani karena penderitaan yang dialaminya. Tetapi mengapa banyak orang memilih untuk mengubah hidupnya yang indah dan berharga dengan memakai narkoba dan mengalami berbagai macam gangguan kejiwaan yang serius ? Tak seorangpun yang tahu.

Sahabat-sahabat HOS udah taukan sekarang apa itu Presepsi, Ilusi dan Halusinasi. Semoga artikel dari HOS akan membantu kehidupan sahabta-sahabat semuah menjadi lebih baik. 


 

Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelegence Quotient) dan EQ (Emotional Quotient). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Yang dimaksud musik di sini adalah musik yang memiliki irama teratur dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada "miring". Tingkat kedisiplinan anak yang sering mendengarkan musik juga lebih baik dibanding dengan anak yang jarang mendengarkan musik.

Grace Sudargo, seorang musisi dan pendidik mengatakan, "Dasar-dasar musik klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia". Menurut Dr Kuei Pin Yeo, orang Indonesia pertama yang berhasil meraih gelar Doctor dalam bidang seni permainan piano dari Manhattan School of Music,New York menjelaskan bahwa mengenalkan musik pada anak sebaiknya dilakukan sejak dini, karena peran musik sangat besar dalam menstimulasi pertumbuhan jaringan sel otak anak. Mengenalkan musik pada anak bisa dimulai dengan mendengarkan musik, melibatkan pada kegiatan-kegiatan bermusik. Baru setelah anak mampu memegang alat musik sendiri, biarkan ia memainkan alat musik. Umumnya anak usia prasekolah (5-6 tahun) sudah dapat memainkan alat musik sendiri.     

Dra Linda Primana MSi Psi, menambahkan mengenalkan musik pada anak bukan hanya berpengaruh pada kecerdasan saja melainkan juga dampak psikologisnya. Terlebih bila anak mampu memainkan alat musik sendiri, akan menambah nilai positif baginya. Untuk mendapatkan manfaat optimal dari musik yakni kecerdasan, maka anak harus aktif bermain dengan musik. Pada awalnya, yang dipakai tidak harus alat musik yang sesungguhnya. Ia harus memiliki kesempatan berpartisipasi dalam menyanyi, menari ( gerakan kreatif ), mendengarkan dan memainkan alat musik. Kombinasi ini dinamakan keterampilan membuat musik secara aktif.

Seperti dalam belajar berbicara, anak harus mendengar suara orang bicara. Kemampuan berbahasanya tidak akan lengkap jika ia tidak mendapat kesempatan berbicara dengan orang lain. Demikian pula dengan musik, ia harus punya kesempatan membuat musik secara aktif. Mendengar musik tanpa punya kesempatan memproduksi musik sama saja mendengarkan bahasa tanpa punya kesempatan berkomunikasi dengan orang lain. Salah satu kegiatan bermusik yang paling mudah dan mungkin pertama kali dilakukan anak adalah bernyanyi. Saat ini, karena kesibukan orang tua pada zaman modern dan sejalan dengan berkembangnya, industri musik membuat  musical play (kegiatan bermasin yang melibatkan musik) dan bernyanyi, dilupakan dan digantikan dengan CD yang berisi dentuman energik drum dan lagu-lagu anak yang lucu.

"Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme dan harmony", demikian kata Ev. Andreas Christanday dalam suatu ceramah musik. "Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh". Contoh paling nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Kita masih ingat dengan "head banger", suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama music rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah. 

Jika hati kita sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan lebih enak dan enteng. Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia. Sedangkan harmony sangat mempengaruhi roh. Jika kita menonton film horor, selalu terdengar harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk kita berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang membawa roh manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar harmony dari suara-suara alam disekelilingnya. "Musik yang baik bagi kehidupan manusia adalah musik yang seimbang antara beat, ritme, dan harmony".

Musik dapat menjadikan anak pintar terutama di bidang logika matematika dan bahasa. Keindahan musik adalah kata-kata yang menyatu dengan nada, sehingga anak memiliki keinginan yang kuat untuk bergabung di dalamnya dan tanpa disadari anak turut ber­dendang dengan kata-katanya sendiri misalnya dengan menyanyikan ba..ba..ba..ba..ba, mengetuk-ngetukkan atau menjentik-jentikan jari-jari tangan atau mengangguk-anggukkan kepala setiap kali mendengar irama musik dan sebagainya. Tapi keinginan untuk mengikuti lagu yang ia dengar, akan mendorongnya untuk berlatih terus menerus.

Musik juga dapat mem­bantu anak yang kurang pandai berbicara untuk menyalurkan perasaan dan emosi yang terpendam. Bermain musik dapat memicu kepintaran kinestetis atau kepintaran gerak tubuh dan mengurangi stress anak. Jadi bila anak sedang suntuk atau kesal, dengan bermain musik atau mendengar musik beberapa menit, pasti akan menyegarkan otak si anak.

Musik mampu mempenga­ruhi perkembangan intelektual anak dan bisa membuat anak pintar bersosialisasi. Musik dapat mengoptimal­kan perkembangan intelektual anak dan musik juga bisa membuat anak jadi cerdas sekaligus kreatif, musik juga dapat membangun rasa percaya diri dan kemandirian. Dengan musik anak akan peka terhadap lingkungannya, karena di dalam musik ada bagiannya masing-masing, seperti musik pop, dangdut, jazz, klasik, ataupun rock. Tidak hanya itu, jika seluruh fungsi anggota tubuh dirangsang dengan cara bermusik maka akan menjadikan anak lebih disiplin dan cepat tanggap.

Ciri anak yang memiliki percaya diri yang tinggi adalah menyukai tantangan baru, mandiri, mengambil tanggung jawab atas keputusan dan tindakan mereka, serta memiliki percaya diri serta rasa bangga pada kemampuan yang mereka miliki. Belajar musik dapat membantu anak menjadi percaya diri dan matang. Saat anak-anak tampil di depan penonton, guru, keluarga, orangtua dan teman-teman akan membangun rasa percaya diri mereka.

Memainkan alat musik juga akan memunculkan ekspresi diri dan kreativitas. Kemampuan mengekspresikan diri, kelak akan membuka pintu kesempatan yang luar biasa bagi masa depannya.
Musik klasik sangat bagus untuk mengembangkan ima­jinasi kreatif anak dan membangun perasaan pada anak memberi banyak pengalaman seni kreatif. Contohnya, menari, meng­gambar sesuai dengan irama musik yang didengar oleh anak. Musik dapat menentukan suasana hati yang meng­gairah­kan anak untuk membuat sesuatu
Selain itu, musik dapat meningkatkan perkembangan motoriknya, termasuk upaya anak saat belajar merangkak, berjalan, melompat dan lari.

Apa saja pengaruh musik untuk perkembangan anak? Tentu saja begitu beragam. Seorang anak yang mendengarkan musik lebih sering dan mampu bermain musik, akan menemukan manfaat yang begitu tinggi baik bagi ia saat ini dan masa mendatang. Manfaat yang datang bisa berupa kecerdasan, ketrampilan, hingga sisi emosional mereka. kalau anda ingin membahas lebih jauh mengenai pengaruh musik terhadap perkembangan anak, maka kami akan membahasnya melalui beberapa poin berikut.

* Menciptakan ketenangan jiwa anak
Seorang anak yang gemar mendengarkan musik klasik, atau bermain piano akan mendapatkan rasa tenang dan nyaman. Mereka mampu mengikuti irama musik dengan baik dan emosi yang mereka miliki bisa terkontrol. Nada dan irama yang ada di dalam musik dan lagu dapat memberikan sistem kinerja atau stimulus bagi otak. Sehingga, anak yang mampu bermain musik tidak mempunyai emosi yang meledak-ledak dan mudah marah.

* Mampu berkonsentrasi dengan baik
Ketika anak bermain musik, maka mereka diajak untuk berkonsentrasi terhadap nada, dan permainan musik yang ada. Bahkan, konsentrasi mereka semakin dilatih apabila harus bermain di dalam grup musik tersendiri. Hal ini akan membawa dampak positif bagi perkembangan mereka dalam menyelesaikan masala, belajar, dan ketika melakukan aktivitas yang cukup sulit. Mereka mampu berkonsentrasi secara penuh dalam waktu lama yang pada akhirnya menghasilkan penyelesaian lebih baik kedepannya.

* Manajemen kehidupan
Bermain musik membutuhkan tingkat manajemen pikiran dan fisik yang terkoordinasi dengan baik. Dengan demikian, ketika anak bermain musik, maka ia akan mengendalikan semuanya dengan teratur dan mengikuti irama yang ada. Tentu saja, hal ini akan berdampak positif bagi sifat manajemen yang mereka miliki dalam sisi kehidupan yang lebih rumit. Semakin ahli dalam bermain musik, maka mereka akan mendapatkan sistem manajemen yang semakin baik.
 
* Stimulasi ingatan
Jika pernah mendengar musik tertentu di masa lampau, orang akan mengasosiasikan musik dengan pengalaman masa lampaunya. Artinya, musik berfungsi sebagai stimulus pembangkit ingatan ke masa lalu. Tak hanya membangkitkan pengalaman obyektifnya, tapi juga pengalaman subyektifnya (perasaan ketika mengalami hal tersebut).

* Membangkitkan rasa nyaman
Jika kita memperdengarkan musik lembut menjelang anak tidur, ia akan merasa nyaman di peraduan. Biasanya musik-musik tersebut berada pada tempo adagio, andante, moderato, yang tidak jauh dari ritme nadi atau detak jantung dalam hitungan 1 ketuk per detik, sedikit lebih cepat, sedikit lebih lambat. Bukan menggunakan tempo lento yang amat lambat atau presto yang amat cepat.

* Efek hipnotis 
Irama musik memberi dampak membuai. Ini disebut hypnotic effect (kesan hipnotik). Buktinya, ketika mendengar musik seseorang cenderung mengentak tangan atau kaki atau mengikuti senandung musiknya.

* Menghibur
Musik bertujuan menghibur (dari kata muse). Musik menghibur di kala suka dan duka. Musik juga menghibur anak-anak. Jadi, hanya dengan mendengarkan musik yang disukai, seseorang sudah merasa terhibur. Jika individu berada dalam atmosfer yang disukai, atmosfer yang menyenangkan, maka ia akan merasa lebih nyaman, dan rasa nyaman akan memberi dampak positif pada individu dalam melakukan kegiatannya. Kondisi ini membuat anak mudah menyerap, mengolah, dan menyimpan ilmu maupun stimulus.
  
Kesuksesan terkadang tidak terlepas dari caranya ia begaul, Cukup penting untuk memberikan pengerrtian tentang anak tentang beberapa hal contohnya adlah musik ini. Oleh karnanya, mendengarkan musik yang baik bagi anak-anak dirumah maupun dimanapun snagat baik bagi perkembangan kedua otaknya, mentalnya dan secara hidupnya. Karna anak-anak juga membutuhkan hiburan dari kejenuhan ia bermain bersama teman-temanya. Dan musik apa yang ia dengar akan tercatat dengan baik di otaknya. 

HEAD OFFICE
Jl. Purnawirawan (Gg.Ratu) No. 18 Gedong Meneng, Bandar Lampung. Indonesia
Telp. 0721-712029


 

Selamat pagi, sahabat HOUSE OF SUCCESS dan para bunda-bunda yang lagi bingung memilih mainan apa yang tepat buat sang buah hati dan yang sesuai umurnya. Kali ini HOS akan bersama-sama membahas tentang "Permainan apa yang cocok buat anak" .

Memilih mainan anak yang tepat untuk anak dapat menjadi salah satu hal yang paling penting bagi para bunda, yang harus kita lakukan untuk anak-anak kita. Anak-anak sangat identik dengan bermain, bermain adalah dunia anak yang paling dominan. Bahkan, untuk dapat lebih maksimal dalam menyampaikan pelajaran, pendidikan anak usia dini menerapkan sistem belajar sambil bermain. Hal ini disebabkan oleh kemampuan dari otak anak itu sendiri yang sedang gemar melakukan hal-hal yang menyenangkan seperti bermain.Maka dari itu, metode pembelajaranpun harus disesuaikan dengan kemampuan anak-anak sesuai usianya. Dengan bermain, dipercaya bahwa pelajaran yang disampaikan akan lebih mudah diterima dan diserap oleh anak. Namun, sebagai orang tua kita perlu menjadi lebih bijak dalam memilihkan jenis mainan yang tepat untuk anak-anak kita. 
 
Tepat di sini berarti kita mampu memilih jenis mainan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak-anak kita dalam menggunakannya dan sekaligus memanfaatkannya sebagai media belajar. Sehingga kegiatan bermain anak akan berjalan dengan lebih efektif dan efisien sesuia dengan kebutuhan dan kemampuan otaknya. Ada beberapa fase penting dalam usia anak yang perlu kita jadikan sebagai bahan pertimbangan saat memilih mainan yang tepat untuk anak kita. Fase-fase tersebut antara lain adalah.

- Fase 0-2 tahun. Dalam fase awal ini anak memiliki kemampuan yang didominasi oleh kemampuan sensor motorik pada otak anak. Sehingga akan lebih efektif jika kita memberikan mainan pada anak dengan wujud yang lebih mencolok seperti pada warna, baudan tekstur. Mainan yang menggunakan ekspresi juga dapat menjadi salah satu alternatifnya.   

- Fase 3-6 tahun. Pada usia-usia tersebut anak sudah mulai tertarik untuk bereksplorasi sehingga permainan yang memancing minat petualangan mereka akan sangat mendukung minat anak-anak kita. Hal ini dapat kita gunakan juga sebagai sarana untuk mendorong rasa percaya diri anak sehingga mereka tidak ragu-ragu untuk mengeksplorasi hal-hal baru. 

- Fase pra sekolah. Pada fase ini, yang anak butuhkan adalah jenis permainan yang dapat mengembangkan rasa kerjasama dan kemampuan sosialisasi mereka. Hal ini sangat diperlukan oleh anak-anak kita karena mereka akan membutuhkan kemampuan untuk bersosialisasi dengan lingkungan barunya di sekolah.

Untuk fase berikutnya, permainan yang cocok untuk anak anak kita adalah permainan yang memiliki kemampuan untuk merangsang kemampuan peran, ketangkasan, dan kreativitas pada anak. Dengan memilih mainan yang tepat untuk anak, berarti kita sama juga dengan mendukung kesempatan mereka untuk belajar dengan lebih efektif dan efisien sesuai dengan fase usia mereka masing-masing. Pemilihan mainan untuk anak secara bijak juga dapat membantu mereka untuk memiliki hidup yang lebih seimbang ke depannya.Dengan kata lain, kita sebagia orang tua memiliki peranan yang cukup penting dalam menentukan apa yang perlu anak kita dapatkan salah satunya dengan cara memilih mainan yang tepat untuk anak kita.

Menurut dokter spesialis anak dr. Atilla Dewanti Sp. A , penentuan mainan tergantung pada kekuatan dan keperluan anak. Atilla menyarankan beberapa orang tua untuk memilihkan mainan menurut umur anak. Pada saat anak berumur 0-3 bulan, orang tua dianjurkan untuk menentukan mainan yang berwarna cerah, datar, serta merangsang kegiatan motorik. Hal semacam ini dikarenakan mata anak usia 0-3 bulan belum dapat melihat secara jelas. Pilihan warna yang cerah akan merangsang penglihatan serta membantunya melihat mainan dengan lebih jelas.

Beranjak ke umur 6 bulan, mainan yang dapat digigit (teethers) bisa jadi pilihan. Mainan ini bertujuan untuk merangsang perkembangan giginya. Orangtua dapat juga menentukan mainan dengan tombol yang dapat ditekan atau mainan yang bertekstur untuk merangsang aktivitas motoriknya. Pada umur ini, anak mulai sukai mandi. Orangtua dapat memberikannya mainan yang dapat mengapung untuk menemani kesibukan itu. Contohnya adalah bola ber warna-warni dan mainan bebek-bebekan yang dapat menemani buah hati Anda saat sedang mandi.

Masuk ke umur 6-9 bulan anak dapat diberi mainan yang dapat bergulir, untuk merangsang kekuatan motoriknya. Contohnya bola, mobil-mobilan dan lain-lain. Pada umur 9-12 mainan yang merangsang anak untuk berinteraksi, boneka tangan bisa jadi pilihan. Melewati permainan anak bayi, anak diajak berkomunikasi yang akan merangsang kemampuannya berbahasa serta mengekspresikan diri.

Gimana udah pada faham belum para bunda, utuk memilih mainan yang tepat bagi buah hati anda yang sudah mulai aktif. Semoga artikel ini akan bermanfaat bagi seluruh orang yang membacanya dan bisa dipraktekan dirumah bersama buah hati.

HEAD OFFICE
Jl. Purnawirawan (Gg.Ratu) No. 18 Gedong Meneng, Bandar Lampung. Indonesia
Telp. 0721-712029


HOS Dokumenter

Translate

Tayangan

Diberdayakan oleh Blogger.

HOUSE OF SUCCESS

- Privat Master Hipnotis - Pelatihan Profesional Hipnoterapi - Fingerprint Analysis - Penyalur Jasa Layanan Kerja Profesional

Quotes

"...MEMULAI TAK PERLU HEBAT, TAPI UNTUK HEBAT WAJIB BERANI MEMULAI..."

The New News

HADIRI STAND PAMERAN DI "MALL BOEMI KEDATON" BANDAR LAMPUNG Lt.1 (Basement depan Pintu Masuk) dan dapatkan Spesial Promo bersama HOUSE OF SUCCESS setiap hari Pkl. 11.00 s/d 20.00 Wib Sampai akhir tahun 2014.
Jl. Purnawirawan ( Ratu ) No. 18, Gedung Meneng, Bandar Lampung, Indonesia. Telp. ( 0721 ) 712029 atau Invite pin bb kami 7E64EBF .

Popular Posts