Senin, 06 Oktober 2014

Anorexia Nervosa adalah gangguan psikis dimana penderitanya merasa bahwa dirinya terlalu gemuk dan membiarkan diri mereka kelaparan. Penderita anoreksia mencoba mempertahankan berat badan jauh di bawah normal sehingga terlihat sangat kurus. Mereka cenderung menolak makanan meskipun terasa lapar. Anorexia nervosa tidak benar-benar mengenai makanan. Ini merupakan cara tidak sehat untuk mengatasi masalah emosional. Ketika anda memiliki anorexia nervosa, anda sering menyamakan kekurusan adalah bernilai.

Anorexia nervosa dapat sulit diperbaiki. Tetapi dengan pengobatan, anda dapat meningkatkan pemikiran yang lebih baik mengenai siapa diri anda, mengembalikan kebiasaan makan yang sehat dan menyembuhkan beberapa komplikasi serius anorexia.

Gejala Anoreksia Nervosa
Beberapa dari mereka dengan anorexia nervosa hilang berat badan umumnya karena membatasi jumlah makanan yang mereka makan. Mereka juga mungkin mencoba menghilangkan berat badan dengan berolahraga secara berlebihan. Orang lain dengan anorexia menggunakan minuman keras dan obat pencahar, sama seperti bulimia. Mereka mengontrol kalori yang di dapat dengan memuntahkan setelah mereka makan atau dengan penyalahgunaan obat laxative, diuretic atau enema.

Tidak peduli bagaimana pengurangan berat badan dicapai, anorexia memiliki sejumlah tanda dan gejala fisik, emosional dan kebiasaan.

Gejala fisik anoreksia:

  • Hilang berat badan secara ekstrim
  • Terlihat kurus
  • Kadar darah yang tidak normal
  • Kelelahan
  • Tidak bisa tidur
  • Pusing atau pingsan
  • Perubahan warna kebiruan di jari
  • Kuku rapuh
  • Rambut yang tipis, patah atau rontok
  • Terlambat menstruasi
  • Konstipasi
  • Kulit kering
  • Tidak tahan terhadap dingin
  • Ritme jantung yang tidak beraturan
  • Tekanan darah rendah
  • Dehidrasi
  • Osteoporosis
  • Bengkak pada lengan atau kaki
Gejala emosi dan kebiasaan anorexia:
  • Menolak untuk makan
  • Menyangkal rasa lapar
  • Berolahraga secara berlebihan
  • Suasana hati yang datar, atau lemah emosi
  • Menarik diri dari lingkungan sosial
  • Mudah marah
  • Berkurangnya ketertarikan terhadap aktifitas seksual
  • Depresi
  • Kemungkinan penggunaan produk herbal atau obat diet
Penyebab Anorexia Nervosa
Tidak diketahui secara khusus apa yang menyebabkan beberapa orang terkena anorexia. Seperti banyak penyakit lain, ini merupakan kombinasi faktor biologis, psikologis dan sosiokultural.

Biologis
Beberapa orang secara genetik mudah terkena anorexia. Wanita muda dengan saudara kandung perempuan atau ibu dengan gangguan makan memiliki risiko yang lebih tinggi.

Psikologis
Mereka dengan anorexia memiliki karakteristik yang berkontribusi terhadap anorexia. Sebagai contoh mereka memiliki kepercayaan diri yang rendah. Mereka mungkin memiliki kepribadian obsesif-kompulsif bawaan yang membuatnya lebih mudah untuk tetap melakukan diet ketat dan tidak makan ketika lapar. Mereka mungkin juga memiliki sifat perfeksionis yang tinggi, dengan maksud mereka tidak akan berpikir bahwa mereka telah cukup kurus.

Sosiokultural
Kultur negara barat sering menanamkan dan mempertebal keinginan untuk kurus. Media banyak menayangkan gambar model atau aktor bertubuh kurus. Kesuksesan dan keberhasilan selalu dikaitkan dengan tubuh kurus. Faktor pertemanan sebaya dapat menjadi alas an untuk menjadi kurus, khususnya pada gadis muda. Bagaimanapun, anorexia dan gangguan makan lain telah ada sejak berabad lalu, menunjukkan bahwa sosiokultural bukanlah semata-mata menjadi penyebab.

Faktor risiko


  • Anorexia lebih banyak terjadi pada wanita meskipun baik laki-laki maupun wanita dapat juga mengalami anorexia.
  • Anorexia lebih umum terjadi pada mereka yang berusia remaja.
  • Genetik. Para ahli menemukan area pada kromosom 1 menunjukkan hubungan peningkatan risiko anorexia nervosa. Sebagai tambahan, anorexia nervosa menurun pada keluarga.
  • Mereka yang mengalami kenaikan berat badan akan merasa rendah diri. Perubahan berat badan ini akan memicu seseorang untuk memulai diet yang ekstrim.
  • Masa transisi. Ketika baru pindah sekolah, rumah atau pekerjaan, putusnya hubungan, atau kematian atau sakit yang diderita oleh mereka yang dicintai, perubahan tersebut dapat membawa tekanan emosional dan meningkatkan risiko anorexia nervosa.
  • Olahraga, pekerjaan dan aktivitas seni. Beberapa bidang pekerjaan, olahraga dan seni yang menuntut tubuh kurus dapat meningkatkan risiko anorexia bagi mereka yang berkecimpung di dalamnya.
  • Media yang secara rutin menunjukkan gambar model dan aktor yang kurus dapat membuat penggemarnya ingin memiliki tubuh seperti mereka dan menempatkan risiko anorexia terhadap mereka yang ingin seperti model dan aktor tersebut.
Pencegahan Anoreksia
Tidak ada jaminan cara untuk mencegah anorexia atau gangguan makan lain. Jika anda memiliki anggota keluarga atau teman dengan kepercayaan diri yang rendah, diet parah atau tidak puas terhadap penampilan, pertimbangkan untu berbicara padanya mengenai hal ini. Meskipun anda tidak memiliki kemampuan untuk mencegah gangguan makan terjadi, anda dapat berbicara mengenai gaya hidup yang lebih sehat.




Leptospirosis penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Leptospirosis dikenal juga dengan nama Penyakit Weil, Demam Icterohemorrhage, Penyakit Swineherd's, Demam pesawah (Ricefield fever), Demam Pemotong tebu (Cane-cutter fever), Demam Lumpur, Jaundis berdarah, Penyakit Stuttgart, Demam Canicola, penyakit kuning non-virus, penyakit air merah pada anak sapi dan tifus anjing

Infeksi dalam bentuk subakut tidak begitu memperlihatkan gejala klinis, sedangkan pada infeksi akut ditandai dengan gejala sepsis, radang ginjal interstisial, anemia hemolitik, radang hati dan keguguran. Leptospirosis pada hewan biasanya subklinis. Dalam keadaan ini, penderita tidak menunjukkan gejala klinis penyakit. Leptospira bertahan dalam waktu yang lama di dalam ginjal hewan sehingga bakteri akan banyak dikeluarkan hewan lewat air kencingnya. Leptospirosis pada hewan dapat terjadi berbulan-bulan sedangkan pada manusia hanya bertahan selama 60 hari. Manusia merupakan induk semang terakhir sehingga penularan antarmanusia jarang terjadi. 

Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil dengan gejala panas tinggi disertai beberapa gejala saraf serta pembesaran hati dan limpa. Penyakit dengan gejala tersebut di atas oleh Goldsmith (1887) disebut sebagai Weil's Disease. Pada tahun 1915 Inada berhasil membuktikan bahwa "Weil's Disease" disebabkan oleh bakteri Leptospira icterohemorrhagiae. Leptospirosis terjadi di seluruh dunia, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, di daerah tropis maupun subtropis. Penyakit ini terutama beresiko terhadap orang yang bekerja di luar ruangan bersama hewan, misalnya peternak, petani, penjahit, dokter hewan, dan personel militer. Selain itu, Leptospirosis juga beresiko terhadap individu yang terpapar air yang terkontaminasi. Di daerah endemis, puncak kejadian Leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan banjir.

Iklim yang sesuai untuk perkembangan Leptospira adalah udara yang hangat, tanah yang basah dan pH alkalis, kondisi ini banyak ditemukan di negara beriklim tropis. Oleh sebab itu, kasus Leptospirosis 1000 kali lebih banyak ditemukan di negara beriklim tropis dibandingkan dengan negara subtropis dengan risiko penyakit yang lebih berat. Angka kejadian Leptospirosis di negara tropis basah 5-20/100.000 penduduk per tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Oraganization/WHO) mencatat, kasus Leptospirosis di daerah beriklim subtropis diperkirakan berjumlah 0.1-1 per 100.000 orang setiap tahun, sedangkan di daerah beriklim tropis kasus ini meningkat menjadi lebih dari 10 per 100.000 orang setiap tahun. Pada saat wabah, sebanyak lebih dari 100 orang dari kelompok berisiko tinggi di antara 100.000 orang dapat terinfeksi.

Di Indonesia, Leptospirosis tersebar antara lain di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Angka kematian Leptospirosis di Indonesia termasuk tinggi, mencapai 2,5-16,45 persen. Pada usia lebih dari 50 tahun kematian mencapai 56 persen. Di beberapa publikasi angka kematian dilaporkan antara 3 persen - 54 persen tergantung sistem organ yang terinfeksi.

Cara Penularan Leptospirosis
Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air (water borne disease). Urin (air kencing) dari individu yang terserang penyakit ini merupakan sumber utama penularan, baik pada manusia maupun pada hewan. Kemampuan Leptospira untuk bergerak dengan cepat dalam air menjadi salah satu faktor penentu utama ia dapat menginfeksi induk semang (host) yang baru. Hujan deras akan membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir. Gerakan bakteri memang tidak memengaruhi kemampuannya untuk memasuki jaringan tubuh namun mendukung proses invasi dan penyebaran di dalam aliran darah induk semang.

Di Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi banjir. Keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira berkembang biak. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung. Sejauh ini tikus merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama Leptospirosis, karena bertindak sebagai inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi. Beberapa hewan lain seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing dapat terserang Leptospirosis, tetapi potensi menularkan ke manusia tidak sebesar tikus.

Bentuk penularan Leptospira dapat terjadi secara langsung dari penderita ke penderita dan tidak langsung melalui suatu media. Penularan langsung terjadi melalui kontak dengan selaput lendir (mukosa) mata (konjungtiva), kontak luka di kulit, mulut, cairan urin, kontak seksual dan cairan abortus (gugur kandungan). Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi .
Penularan tidak langsung terjadi melalui kontak hewan atau manusia dengan barang-barang yang telah tercemar urin penderita, misalnya alas kandang hewan, tanah, makanan, minuman dan jaringan tubuh. Kejadian Leptospirosis pada manusia banyak ditemukan pada pekerja pembersih selokan karena selokan banyak tercemar bakteri Leptospira. Umumnya penularan lewat mulut dan tenggorokan sedikit ditemukan karena bakteri tidak tahan terhadap lingkungan asam

Gejala Klinis
Pada hewan
Pada hewan, Leptospirosis kadangkala tidak menunjukkan gejala klinis (bersifat subklinis), dalam arti hewan akan tetap terlihat sehat walaupun sebenarnya dia sudah terserang Leptospirosis. Kucing yang terinfeksi biasanya tidak menunjukkan gejala walaupun ia mampu menyebarkan bakteri ini ke lingkungan untuk jangka waktu yang tidak pasti. Gejala klinis yang dapat tampak yaitu ikterus atau jaundis, yakni warna kekuningan, karena pecahnya butir darah merah (eritrosit) sehingga ada hemoglobin dalam urin. Gejala ini terjadi pada 50 persen kasus, terutama jika penyababnya L. pomona. Gejala lain yaitu demam, tidak nafsu makan, depresi, nyeri pada bagian-bagian tubuh, gagal ginjal, gangguan kesuburan, dan kadang kematian. Apabila penyakit ini menyerang ginjal atau hati secara akut maka gejala yang timbul yaitu radang mukosa mata (konjungtivitis), radang hidung (rhinitis), radang tonsil (tonsillitis), batuk dan sesak napas. Pada babi muncul gejala kelainan saraf, seperti berjalan kaku dan berputar-putar. Pada anjing yang sembuh dari infeksi akut kadangkala tetap mengalami radang ginjal interstitial kronis atau radang hati (hepatitis) kronis. Dalam keadaan demikian gejala yang muncul yaitu penimbunan cairan di abdomen (ascites), banyak minum, banyak urinasi, turun berat badan dan gejala saraf. Pada sapi, infeksi Leptospirosis lebih parah dan lebih banyak terjadi pada pedet (anak sapi) dibandingkan sapi dewasa dengan gejala demam, jaundis, anemia, warna telinga maupun hidung yang menjadi hitam, dan kematian (Bovine Leptospirosis). Angka kematian (mortalitas) akibat Leptospirosis pada hewan mencapai 5-15 persen, sedangkan angka kesakitannya (morbiditas) mencapai lebih dari 75 persen.

Pada Manusia
Masa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2 - 26 hari. Infeksi Leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan kadang tanpa gejala, sehingga sering terjadi kesalahan diagnosa. Infeksi L. interrogans dapat berupa infeksi subklinis yang ditandai dengan flu ringan sampai berat, Hampir 15-40 persen penderita terpapar infeksi tidak bergejala tetapi serologis positif. Sekitar 90 persen penderita jaundis ringan, sedangkan 5-10 persen jaundis berat yang sering dikenal sebagai penyakit Weil. Perjalanan penyakit Leptospira terdiri dari 2 fase, yaitu fase septisemik dan fase imun. Pada periode peralihan fase selama 1-3 hari kondisi penderita membaik. Selain itu ada Sindrom Weil yang merupakan bentuk infeksi Leptospirosis yang berat.
Fase Septisemik
Fase Septisemik
dikenal sebagai fase awal atau fase leptospiremik karena bakteri dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinal dan sebagian besar jaringan tubuh. Pada stadium ini, penderita akan mengalami gejala mirip flu selama 4-7 hari, ditandai dengan demam, kedinginan, dan kelemahan otot. Gejala lain adalah sakit tenggorokan, batuk, nyeri dada, muntah darah, nyeri kepala, takut cahaya, gangguan mental, radang selaput otak (meningitis), serta pembesaran limpa dan hati 

Fase Imun
Fase Imun
sering disebut fase kedua atau leptospirurik karena sirkulasi antibodi dapat dideteksi dengan isolasi kuman dari urin dan mungkin tidak dapat didapatkan lagi dari darah atau cairan serebrospinalis. Fase ini terjadi pada 0-30 hari akibat respon pertahanan tubuh terhadap infeksi. Gejala tergantung organ tubuh yang terganggu seperti selaput otak, hati, mata atau ginjal.

Jika yang diserang adalah selaput otak, maka akan terjadi depresi, kecemasan, dan sakit kepala. Pada pemeriksaan fungsi hati didapatkan jaundis, pembesaran hati (hepatomegali), dan tanda koagulopati. Gangguan paru-paru berupa batuk, batuk darah, dan sulit bernapas. Gangguan hematologi berupa peradarahan dan pembesaran limpa (splenomegali). Kelainan jantung ditandai gagal jantung atau perikarditis. Meningitis aseptik merupakan manifestasi klinis paling penting pada fase imun

Leptospirosis dapat diisolasi dari darah selama 24-48 jam setelah timbul jaundis. Pada 30 persen pasien terjadi diare atau kesulitan buang air besar (konstipasi), muntah, lemah, dan kadang-kadang penurunan nafsu makan. Kadang-kadang terjadi perdarahan di bawah kelopak mata dan gangguan ginjal pada 50 persen pasien, dan gangguan paru-paru pada 20-70 persen pasien. Gejala juga ditentukan oleh serovar yang menginfeksi. Sebanyak 83 persen penderita infeksi L. icterohaemorrhagiae mengalami ikterus, dan 30 persen pada L. pomona. Infeksi L. grippotyphosa umumnya menyebabkan gangguan sistem pencernaan. Sedangkam L. pomona atau L. canicola sering menyebabkan radang selaput otak (meningitis). 

Sindrom Weil
Sindrom Weil adalah bentuk Leptospirosis berat ditandai jaundis, disfungsi ginjal, nekrosis hati, disfungsi paru-paru dan diathesis perdarahan. Kondisi ini terjadi pada akhir fase awal dan meningkat pada fase kedua, tetapi bisa memburuk setiap waktu. Kriteria penyakit Weil tidak dapat didefinisikan dengan baik. Manifestasi paru meliputi batuk, kesulitan bernapas, nyeri dada, batuk darah, dan gagal napas. Disfungsi ginjal dikaitkan dengan timbulnya jaundis 4-9 hari setelah gejala awal. Penderita dengan jaundis berat lebih mudah terkena gagal ginjal, perdarahan dan kolap kardiovaskular. Kasus berat dengan gangguan hati dan ginjal mengakibatkan kematian sebesar 20-40 persen yang akan meningkat pada lanjut usia.

Pengobatan dan Pengendalian

Pada Hewan
Hewan, terutama hewan kesayangan, yang terinfeksi parah perlu diberikan perawatan intensif untuk menjamin kesehatan masyarakat dan mengoptimalkan perawatan. Antibiotik yang dapat diberikan yaitu doksisiklin, enrofloksasin, ciprofloksasin atau kombinasi penisillin-streptomisin. Selain itu diperlukan terapi suportif dengan pemberian antidiare, antimuntah, dan infus.

Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan vaksin Leptospira. Vaksin Leptospira untuk hewan adalah vaksin inaktif dalam bentuk cair (bakterin) yang sekaligus bertindak sebagai pelarut karena umumnya vaksin Leptospira dikombinasikan dengan vaksin lainnya, misalnya distemper dan hepatitis. Vaksin Leptospira pada anjing yang beredar di Indonesia terdiri atas dua macam serovar yaitu L. canicola dan L. ichterohemorrhagiae. Vaksin Leptospira pada anjing diberikan saat anjing berumur 12 minggu dan diulang saat anjing berumur 14-16 minggu. Sistem kekebalan sesudah vaksinasi bertahan selama 6 bulan, sehingga anjing perlu divaksin lagi setiap enam bulan.

Pada Manusia
Leptospirosis yang ringan dapat diobati dengan antibiotik doksisiklin, ampisillin, atau amoksisillin. Sedangkan Leptospirosis yang berat dapat diobati dengan penisillin G, ampisillin, amoksisillin dan eritromisin. Manusia rawan oleh infeksi semua serovar Leptospira sehingga manusia harus mewaspadai cemaran urin dari semua hewan. Perilaku hidup sehat dan bersih merupakan cara utama untuk menanggulangi Leptospirosis tanpa biaya.Manusia yang memelihara hewan kesayangan hendaknya selalu membersihkan diri dengan antiseptik setelah kontak dengan hewan kesayangan, kandang, maupun lingkungan di mana hewan berada. Manusia harus mewaspadai tikus sebagai pembawa utama dan alami penyakit ini. Pemberantasan tikus terkait langsung dengan pemberantasan Leptospirosis. Selain itu, para peternak babi dihimbau untuk mengandangkan ternaknya jauh dari sumber air. Feses ternak perlu diarahkan ke suatu sumber khusus sehingga tidak mencemari lingkungan terutama sumber air.


HEAD OOFICE
Jl. Purnawirawan (Gg. Ratu) No. 18 Gedung Meneng, Bandar Lampung. Indonesia.
Telp. ( 0721 ) 712029 Dan invite pin bb kami 7E64EBF .


Human Immunodeficiency Virus (HIV). Hasil penemuan yang dilakukan oleh Dr Marit Kramski, ketika sapi hamil mendapatkan vaksinasi dengan protein HIV, susu yang pertama kali diproduksi oleh sapit setelah melahirkan (kolostrum) mampu menghasilkan antibodi penting untuk melindungi seorang bayi yang dilahirkan ke dunia dari beragam penyakit.

Menurut rencana, susu sapi yang memiliki potensi besar agar kita terhindar dari HIV akan dikembangkan menjadi krim yang diharapkan memungkinkan wanita untuk melindungi diri dari tertular virus yang belum ditemukan obatnya untuk sembuh saat berhubungan seksual, tanpa bergantung pada keamanan yang digunakan pada lawan mainnya. Kami berpendapat, antibodi ini mampu mengikat hingga ke permukaan virus dan memblokir protein yang perlu dibebaskan agar mendapatkan kontak dengan sel manusia, seperti sistem kunci dan gembok. Jika kunci tidak dapat diakses atau Anda mengubah sandi kunci, maka pintu tidak akan dapat Anda buka.

Demi hasil yang terbaik dan maksimal, Marit Kramski akan menjalin hubungan kerjasama dengan Ummuron Ltd, perusahaan bioteknologi Australia, untuk pengembangan penelitian terhadap susu sapi dan melihat hasilnya. Sapi-sapi yang hamil memiliki kapasitas untuk memproduksi antibodi dalam susu pertama mereka dalam kapasitas yang tinggi, menurut Damian Purcell, profesor dan pimpinan tim riset. Namun susu kedua dan ketiga mereka memiliki volume yang lebih rendah.
Telah lama diketahui bahwa susu sapi menyimpan beragam manfaat kesehatan untuk tubuh. Tapi tahukah kita bila di masa yang akan datang, susu sapi berpotensi melindungi kita dari penyakit menular dan mematikan,

"Apabila anak sapi tidak mendapatkan antibodi pertama melalui kolostrum pertama akan menjadi sangat rentan terhadap infeksi dan biasanya mati," jelas Purcell. Masalahnya virus HIV memiliki regangan yang berbeda-beda. "Seorang individu mempunyai beragam versi genetika HIV seperti halnya jumlah manusia di planet ini," ujarnya. "Sangat sedikit sekali manusia yang mampu membangun antibodi untuk merespon atau mengenali regangan-regangan ini, namun sapi bisa melakukannya."

Tidak seperti manusia atau primata, sapi tidak dapat terinfeksi virus HIV. Dalam langkah berikutnya, para periset Australia berencana untuk berkolaborasi dengan perusahaan bioteknologi Immuron untuk mengembangkan produk bagi pencegahan HIV berdasarkan temuan ini. Dengan menggunakan antibodi susu sapi, antibodi dalam jumlah besar dapat diproduksi dengan biaya yang sangat rendah," kata Marit Kramski, seorang anggota tim Purcell. Kami berharap pada akhirnya kami memiliki produk yang tidak memakan banyak biaya. Lebih dari 34 juta orang di dunia mengidap HIV. Melalui riset terhadap susu sapi, kalangan ilmuwan Australia dapat memberikan kontribusi besar dengan menemukan sebuah vaksin untuk mencegah penyebaran virus itu. Atau idealnya, menghilangkan virus tersebut.

Namun bila anda tidak ingin terkena virus HIV jagalah kesehatan anda selalu dan selalu waspada terhadap barang-barang disekitar anda.


HEAD OFFICE
Jl. Purnawirawan (Gg.Ratu) No. 18 Gedong Meneng, Bandar Lampung. Indonesia
Telp. 0721-712029 atau Invite pin bb di 7E64EBF .

Sisir merupakan benda yang tidak asing dan begitu akrab dengan keseharian Anda. Setiap hari Anda pasti menggunakannya dan mungkin menjadi benda yang wajib dibawa untuk selalu menemani Anda. Sisir berfungsi untuk merapikan rambut sehingga penampilan Anda lebih rapi dan menarik. Jika Anda perhatikan, jenis sisir yang kita temui beraneka macam bentuk. Berbedanya bentuk sisir ini bukan tanpa maksud atau hanya sebagai pemanis, tetapi rupanya, beda bentuk sisir, beda pula fungsi dan hasil yang akan didapatkan setelah menggunakannya. Bahkan, Anda bisa mengalami kerontokan rambut jika salah menggunakan sisir. Maka, sisir mana yang cocok untuk Anda gunakan? 

Sisir vs Sikat Rambut

Sisir digunakan sebagai alat untuk merapikan rambut, namun kadangkala digunakan pula sikat rambut. Sikat memang menyerupai sisir, jadi mungkin ada yang tidak menyadari perbedaan antara sisir (dalam bahasa Inggris: comb) dan sikat (dalam bahasa Inggris: brush). Apalagi keduanya sama-sama digunakan pada rambut kita, sehingga membuat sisir dan sikat sering dianggap sama. Perbedaannya adalah sikat sebenarnya digunakan membantu membuat bentuk rambut atau membuat gaya rambut, sedangkan sisir digunakan untuk menata rambut dalam bentuk yang paling sederhana.
Memilih sisir yang tepat, pada dasarnya dibedakan berdasarkan model rambut (apakah lurus atau keriting), panjang pendek rambut, dan efek yang ingin dihasilkan. Berikut ini beberapa jenis sisir yang dapat Anda gunakan sesuai kebutuhan.

Tooth Comb

Sisir jenis ini paling banyak digunakan. Bentuknya yang lurus pipih dengan gerigi membuatnya sangat praktis untuk dibawa. Sisir jenis ini juga sering dibawa kaum pria di saku celananya. Berdasarkan kerapatan gerigi atau giginya, sisir ini dapat dibagi menjadi sisir bergigi rapat dan sisir bergigi jarang. Penggunaannya dapat disesuaikan dengan ketebalan rambut, jenis rambut, dan panjang pendek rambut.
Tooth CombSemakin rapat gigi sisir berarti kemungkinan rambut rontok semakin besar terlebih jika rambut kusut, tetapi hasilnya rambut akan lebih rapi. Untuk itu kedua jenis sisir tersebut dapat digunakan untuk:
  • Sisir Bergigi Jarang

    Digunakan untuk menyisir rambut yang masih basah, karena rambut basah cenderung lebih mudah rontok. Dapat pula digunakan pada rambut keriting.
  • Sisir Bergigi Rapat

    Sebaiknya digunakan untuk rambut lurus dan pendek. Efek dari sisir bergigi rapat dapat membuat rambut lebih mengembang.

Tail Comb

Sisir SasakFungsinya untuk menyasak rambut. Oleh karena itu, sisr ini sering disebut sebagai sisir sasak. Mempunyai gigi yang rapat pada setengah bagiannya, sedangnkan setengah bagian sisanya tidak bergerigi menyerupai ekor sisir. Ekor ini juga berfungsi untuk memisahkan bagian rambut atau membentuk belahan rambut untuk dibentuk kepang, curly, atau tatanan rambut lainnya. Jarak antar gigi yang rapat akan memudahkan untuk menyasak rambut sebelum disanggul.

The Pick

Sisir GarpuDikenal juga dengan nama sisir garpu karena bentuknya yang menyerupai garpu makan. Bentuknya yang mudah dipegang dan unik membuatnya disukai. Sisir jenis ini cocok digunakan untuk Anda yang memiliki rambut keriting karena dapat memisahkan rambut ikal atau keriting yang sulit dipisahkan dengan lebih baik. Selain itu, sisir ini juga dapat mempertegas gelombang rambut.

Paddle Hair Brush

Sisir Dayung / Paddle Hair BrushSikat rambut ini disebut juga sisir dayung. Sisir ini memiliki dasar berupa bantalan karet yang lebar dan rata. Cocok digunakan untuk rambut lurus karena akan membuat rambut terlihat lebih lurus dan rapi.

 

Round Hair Brush

Round Hair BrushSisir bulat atau sikat bulat ini dapat membuat rambut menjadi lebih berisi, ikal, atau bergelombang. Dalam ukurannya, terdapat sikat dengan diameter lingkaran kecil dan lebih besar. Jika diameternya kecil dan memiliki gerigi yang panjang, maka hasil keriting yang dihasilkan akan lebih kecil-kecil. Untuk Anda yang memiliki rambut pendek dan ingin membentuk efek keriting dapat menggunakan sikat dengan diameter kecil agar tatanan rambut lebih rapi. Dengan diameter yang besar, hasil dari penggunaannya adalah membuat rambut bergelombang. Cocok digunakan Anda yang berambut panjang dan ingin membentuk keriting pada bagian bawah rambut.

Vent Hair Brush

Vent Hair BrushMemuliki lubang pada bagian tengahnya atau pada pangkal asal gigi. Lubang ini berfungsi sebagai sirkulasi udara dan mempercepat proses pengeringan rambut. Sikat ini biasa digunakan saat proses pengeringan rambut dengan hair dryer. Umumnya berbentuk bulat sehingga sikat ini memiliki fungsi tambahan untuk menambah volume rambut.
Setelah mengetahui jenis dan fungsi sisir (comb) dan sikat (brush), kini Anda dapat memilih yang sesuai dengan kebutuhan Anda untuk membuat rambut Anda tertata dengan maksimal.

Bukan rahasia lagi jika sisir semahal apapun jika tidak tepat penggunaannya bisa merusak gaya rambut Anda. Sisir yang tepat bisa menambahkan volume pada rambut, menghilangkan keriting dan membuat rambut tertata rapi. Untuk itu, pilih sisir sesuai jenis rambut Anda.

1. Rambut keriting
Jika memiliki rambut yang sangat keriting, teknik memaksa dan menyisir rambut sampai lurus bisa tidak akan berhasil. Trik untuk menyisirnya lebih mudah adalah melonggarkan sisirannya. “Jika rambut Anda keriting, sisir yang paling baik adalah sisir dengan ‘gigi’ yang jarang atau tidak terlalu rapat,” ungkap Kevin Mancusso, Creative Director di Nexxus, sebuah perusahaan hair care product.

2. Rambut ikal
Rambut yang dianggap paling sempurna adalah rambut lurus dan bercahaya. Namun ketika rambut Anda tergolong ikal atau sedikit keriting bukan berarti rambut tak bisa terlihat lurus dan bercahaya. Cara terbaik untuk mengontrol rambut ikal adalah dengan memperbaikinya dengan penggunaan sampo dan kondisioner yang tepat. Kemudian gunakan produk styling yang bisa meluruskan rambut Anda,” jelasnya. Tipe sisir yang paling cocok untuk rambut ini adalah sisi dengan gigi atau sikat yang lembut dan agak rapat.

3. Rambut basah
Salah satu kebiasaan yang berdampak buruk pada rambut adalah menggunakan pengering rambut setelah habis keramas. Jika Anda tak ingin keluar rumah dengan rambut basah, gunakan sisir yang bergigi jarang dan punya tekstur yang empuk. Hal ini akan menghindarkan kerontokan rambut, karena rambut basah ketika disisir akan membuatnya mudah rontok.

4. Rambut bervolume
Untuk menghasilkan tatanan rambut yang lebih bervolume, gunakan sikat atau sisir bulat besar dengan gigi yang agak rapat. Sisir bulat ini bisa digunakan untuk membuat rambut lebih bervolume.

Secara umum, sisir bulat adalah sisir terbaik untuk menambahkan bentuk dan volume rambut. Semakin kecil diameter sikat, maka rambut akan semakin bervolume dan sedikit bergelombang.



HOS Dokumenter

Translate

Tayangan

Diberdayakan oleh Blogger.

HOUSE OF SUCCESS

- Privat Master Hipnotis - Pelatihan Profesional Hipnoterapi - Fingerprint Analysis - Penyalur Jasa Layanan Kerja Profesional

Quotes

"...MEMULAI TAK PERLU HEBAT, TAPI UNTUK HEBAT WAJIB BERANI MEMULAI..."

The New News

HADIRI STAND PAMERAN DI "MALL BOEMI KEDATON" BANDAR LAMPUNG Lt.1 (Basement depan Pintu Masuk) dan dapatkan Spesial Promo bersama HOUSE OF SUCCESS setiap hari Pkl. 11.00 s/d 20.00 Wib Sampai akhir tahun 2014.
Jl. Purnawirawan ( Ratu ) No. 18, Gedung Meneng, Bandar Lampung, Indonesia. Telp. ( 0721 ) 712029 atau Invite pin bb kami 7E64EBF .

Popular Posts