Minggu, 10 Agustus 2014

Sahabat HOS, harapan orangtua tentunya dapat mendidik anaknya dengan baik dan benar. Harapan itu tidak selamanya berjalan dengan baik, ada kalanya dan tidak sedikit orangtua yang melakukan kesalahan dalam mendidik anaknya, berapa kesalahan dalam mendidik anak misalnya :

1. Tidak saling percaya antara orangtua dan anak 
Banyak orangtua dan anak menderita penyakit saling tidak percaya. Orangtua tidak percaya kepada anaknya karena dia selalu beranggapan bahwa anaknya masih kecil. Sikap orangtua seperti itu akan menimbulkan jauhnya hubungan dan menambahkan pertentangan diantara keduanya. Anak tidak mempercayai orangtuanya karena janjinya yang tak kunjung ditepati dan ancamannya yang tidak pernah dilaksanakan. Akhirnya di antara keduanya tidak ada saling keterbukaan. Anak akan melakukan kepatuhan semu, dan bapak lalai dengan amanahnya untuk memperlakukan anaknya dengan baik (Muhammad, 2002, hal 115).

Teori Psikoanalisa Erikson ialah mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi dalam setiap tahap yang telah disusun sangat berpengaruh terhadap “Epigenetic Principle” yang sudah dewasa. Erikson mengemukakan persepsinya pada saat itu bahwa pertumbuhan berjalan berdasarkan “Epigenetic Principle”. Tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson salah satunya adalah Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan). Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidak percayaan.

Kepercayaan ini akan terbina dengan baik apabila dorongan oralis pada bayi terpuaskan, misalnya untuk tidur dengan tenang, menyantap makanan dengan nyaman dan tepat waktu, serta dapat membuang kotoran buang air besar atau kecil dengan sepuasnya. Tahap ini ibu memiliki peranan yang secara kualitatif sangat menentukan perkembangan kepribadian anaknya yang masih kecil. Kepuasaan yang dirasakan oleh seorang bayi terhadap sikap yang diberikan oleh ibunya akan menimbulkan rasa aman, dicintai, dan terlindungi. Melalui pengalaman dengan orang dewasa tersebut bayi belajar untuk mengantungkan diri dan percaya kepada mereka. Hasil dari adanya kepercayaan berupa kemampuan mempercayai lingkungan dan dirinya serta juga mempercayai kapasitas tubuhnya dalam berespon secara tepat terhadap lingkungannya.

Sebaliknya, jika seorang ibu tidak dapat memberikan kepuasan kepada bayinya, dan tidak dapat memberikan rasa hangat dan nyaman atau jika ada hal-hal lain yang membuat ibunya berpaling dari kebutuhan-kebutuhannya demi memenuhi keinginan mereka sendiri, maka bayi akan lebih mengembangkan rasa tidak percaya, dan dia akan selalu curiga kepada orang lain. Orang yang selalu percaya tidak akan pernah mempunyai pemikiran maupun anggapan bahwa orang lain akan berbuat jahat padanya, dan akan memgunakan seluruh upayanya dalam mempertahankan cara pandang seperti ini. Masa kecilnya anak sudah merasakan ketidakpuasan yang dapat mengarah pada ketidakpercayaan. Mereka akan berkembang pada arah kecurigaan dan merasa terancam terus menerus. Hal ini ditandai dengan munculnya frustasi, marah, sinis, maupun depresi.

Ini merupakan kesalahan terpenting, karena anak belajar dari orang tua banyak hal, tetapi ternyata sering bertentangan dengan apa yang telah diajarkannya. Tindakan ini berpengaruh buruk terhadap mental dan perilaku anak. Bagaimana anak akan belajar kejujuran kalau ia mengetahui orang tuanya berdusta? Bagaimana anak akan belajar sifat amanah, sementara ia melihat bapaknya menipu? Bagaimana anak akan belajar akhlak baik bila orang sekitarnya suka mengejek, berkata jelek dan berakhlak buruk?

Dampak negatif dari saling tidak percaya antara orangtua dan anak diantaranya ialah (Muhammad, 2002, hal 117-118):
  1. Bila anak sudah tidak mau percaya lagi dengan perkataan orangtuanya lantaran tidak ada kejujuran dan biasa mengingkari janji, maka ketika orang tua mengingatkan perilaku jelek anaknya, anak tidak akan mau mendengarnya.
  2. Bila telah hilang rasa percayanya kepada orangtua, biasanya anak akan mempercayai teman atau gurunya.
  3. Hilangnya saling percaya antara orangtua dan anak menyebabkan semakin besarnya permasalahan pada diri anak, karena tidak akan pernah lagi mendapatkan perhatian dari siapapun.
  4. Anak akan penuh dengan kecemasan dan tekanan hati yang tidak ada seorangpun bisa menyelesaikannya.
2. Tidak percaya diri
Banyak kita dapati para pemuda tidak mempercayai kemampuan dirinya seakan-akan kehilangan sifat aslinya. Kita bisa lihat bagaimana mereka tidak meyakini kemampuan dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kali memulai suatu pekerjaan mereka selalu menunggu orang lain memberikan pengarahan: lakukan ini, lakukan itu, dan bila mendapat kesulitan, mereka tidak mampu mencari penyelesaian (Muhammad, 2002, hal 121).

Hal ini banyak terjadi di kalangan bapak-bapak; padahal ini berpengaruh jelek terhadap masa depan anak dan pandangannya terhadap kehidupan. Karena anak yang terdidik rendah pribadi dan tidak percaya diri akan tumbuh jadi penakut, lemah dan tidak mampu menghadapi beban dan tantangan hidup, bahkan sampai ia menjadi dewasa.

Hal ini tidak akan tercapai kecuali dengan mendidik mereka untuk memiliki rasa percaya dan harga diri, namun tidak sombong dan takabur; serta senantiasa diupayakan agar anak dikenalkan pada hal-hal yang bernilai tinggi dan dijauhkan dari hal-hal yang bernilai rendah.

Ini adalah salah satu akibat dari (kesalahan) orangtua dalam mendidik anaknya. Terkadang hal semacam ini kurang disadari, karena sikap orangtua tadi tentu didasari dengan pertimbangan bahwa apa yang dia lakukan selama ini adalah untuk kebaikan mereka (Muhammad, 2002, hal 122).

Adanya ketidak percayaan anak terhadap kemampuan dirinya tadi disebabkan hal-hal sebagai berikut (Muhammad, 2002, hal 122-124):
  1. Terlalu banyak perintah dan larangan yang diterapkan pada anak-anak, kecil maupun dewasa, bahkan terkadang sampai dalam urusan yang semestinya dia tidak dilakukan seperti itu.
  2. Orangtua yang selalu mencela pekerjaan.
  3. Anak tidak mempunyai keberanian untuk berbicara dengan teman-temannya dikarenakan takut salah atau takut menyampaikan hal-hal yang tidak disukai orangtuanya.
3. Memukul tidak menyelesaikan masalah
Banyak orang beranggapan bahwa memukul termasuk cara yang efektif dalam mendidik dan mengingatkan anak, serta untuk menunjukkan wibawa orangtua. Sebenarnya hal itu adalah anggapan dan pikiran yang keliru. Bila seorang pendidik belum-belum sudah menggunakan pukulan maka sesungguhnya dia telah membuang dalam dirinya kesempatan mendidik dengan arahan dan bimbingan, mengoreksi kebiasaan-kebiasaan salah yang dilakukan (Muhammad, 2002, hal 131).

Setiap orangtua bisa saja menyiksa anak dengan menggunakan hukuman fisik agar anak mematuhin. Memukul tidak menyelesaikan masalah. Tidak ada riset yang menunjukkan bahwa anak yang dipukul akan berperilaku lebih baik. Bahkan sebaliknya, riset menunjukkan bahwa anak yang dipukul pada usia 4 tahun biasanya masih harus dipukul ketika berusia 7 tahun. Dengan kata lain dalam jangka panjang tidak akan memberikan dampak positif pada anak. Selain itu, memukul anak memberikan contoh yang buruk dan memberikan kesan bahwa kekerasan adalah hal yang bisa diterima (Woolfson, 2004, hal. 43).

Seorang anak yang dididik dengan menggunakan kekerasan akan membawa dampak jelek terhadap didirinya, antara lain (Muhammad, 2002, hal 135):
  1. Pukulan akan mewariskan pada diri anak kebodohan dan kedunguan
  2. Anak yang sering dipukul akan merasa rendah diri dan bloon.
  3. Suka membangkang sebagai bentuk perlawanan terhadap orangtua.
4. Kasih sayang yang berlebihan
Sebagian ayah dan ibu karena saking sayangnya kepada anak-anak, mereka tidak mau memperbaiki karakter buruk anak-anaknya sendiri. Mereka membiarkan kenakalan anak-anaknya tanpa sedikit pun ditanggapi dengan sikap serius. Orangtua seperti ini tidak ingin memberi peringatan kepada anak-anak karena takut tersinggung. Semua orangtua harus mengekspresikan kasih sayang, tetapi jangan sampai tidak mendidiknya.  Orangtua yang baik adalah yang bisa menempatkan kasih sayang dan mendidik anak pada tempatnya yang tepat.

Semua orangtua sangat menyayangi anak-anak setulusnya, namun mereka juga harus sadar dengan realita anak-anaknya. Orangtua harus waspada dengan perilaku negatif anak-anak dan jangan mencampakkan perannya sebagai pendidik. Anak-anak tidak boleh kehilangan kasih sayang orangtuanya tapi juga jangan dibiarkan bebas begitu saja. Anak-anak harus menyadari bahwa karena kasih sayang orangtua ingin mendidik anak-anaknya.

Kasih sayang orangtua memang penting tapi kalau terlalu berlebihan akan mendatangkan akibat yang tidak diharapkan. Kasih sayang itu seperti air atau makanan kalau diberikan dengan ukuran yang tepat dan dengan jumlah yang tepat maka akan memberikan hasil yang maksimal, tapi kalau tidak demikian akan berubah menjadi sesuatu yang tidak baik. Kasih sayang yang terlalu berlebihan untuk anak-anak adalah pengkhianatan seorang ayah terhadap anaknya.

Anak-anak itu bukan mainan orangtua, tapi ia adalah manusia yang masih kecil yang harus dididik untuk menyongsong masa depannya. Ayah dan ibu harus sadar bahwa suatu hari mereka akan lepas dari mereka. Anak-anak juga tidak selamanya anak-anak. Mereka akan tumbuh menjadi dewasa dan harus bergaul dalam kehidupan sosial. Hidup adalah seni yang sangat sulit. Dalam kehidupan itu seseorang akan mengalami hal-hal yang menyenangkan, menyedihkan, menyengsarakan dan membahagiakan.

Sebagai orangtua yang baik, mereka harus mempersiapkan sesuatu untuk masa depan anak-anak mereka. Mereka harus dididik supaya menjadi manusia yang tangguh di hari esok. Jangan membiarkan mereka menjadi anak-anak yang tidak berdaya, lemah dan selalu mengiba-iba uluran tangan orang lain
Akibat buruk dari kasih sayang yang berlebihan antara lain (Muhammad,  2002, hal 144):
  1. Lemahnya keyakinan dan ketawakalannya.
  2. Anak menjadi seorang yang penakut, yang tidak punya keberanian.
  3. Membunuh daya kreatifitas dan memupus kemampuan untuk mengadakan pembaharuan.
  4. Anak-anak yang selalu dimanjakan biasanya akan banyak mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya.
  5. Anak-anak yang dibesarkan dalam asuhan seperti itu akan menjadi anak yang sangat rentan dengan masalah, kehilangan kepercayaan diri, tidak berani mengambil resiko, tidak mau melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penting dan selalu mengharapkan uluran tangan orang lain.
  6. Anak-anak itu tidak mau lagi mengembangkan diri karena merasa cukup dengan apa yang diterimanya. Orangtuanya telah memenuhi segala keinginannya, pujian dan segalanya menjadi gambaran semu dirinya. Si anak jadi kehilangan realitas tentang dirinya. Ia merasa sudah sempurna.
  7. Anak-anak yang selalu dimanjakan dengan segala kesenangan dan segala keinginannya selalu dipenuhi oleh orangtua mereka, kelak kalau sudah besar akan tumbuh menjadi manusia yang sombong, suka memaksakan kehendak. Ia tidak akan pernah membuat ayah-ibunya tenang. Selalu merengek-rengek agar mereka memenuhi segala keinginannya.
5. Menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak kepada pembantu atau pengasuh
Kesalahan yang amat serius dan banyak terjadi di masyarakat kita adalah fenomena kesibukan ibu dari peran utamanya merawat rumah dan anak-anak dengan hal-hal yang tentunya tak kalah penting dari pendidikan anak. Misalnya, sibuk dengan karir di luar rumah, atau sering mengadakan kunjungan, menghadiri pertemuan, atau hanya karena malas-malasan dan tidak mau menangani langsung urusan anak dan menyerahkan anak dalam perawatan wanita lain seperti pembantu, atau membawanya ke tempat pengasuhan.

Hal ini berbahaya sekali terhadap kejiwaan anak dan masa depannya, karena anak berkembang tanpa kasih sayang. Jika anak miskin kasih sayang, ia pun akan bertindak keras terhadap anggota masyarakatnya, akibatnya masyarakat hidup dalam kekacauan, keretakan dan kekerasan.

6. Membiarkan anak menjadi korban televisi
Media massa mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam perilaku dan perbuatan anak, dan media yang paling berbahaya adalah televisi. Hampir tidak ada rumah yang tidak mempunyai televisi. Padahal pengaruhnya demikian luas terhadap anak maupun orang dewasa.

Banyak orang tua yang tidak menaruh perhatian bahwa anak mereka kecanduan menonton televisi. Padahal ini sangat berpengaruh terhadap akhlak, fitrah dan pendidikan mereka. Mereka dapat mengingat materinya dengan cara yang lebih baik maka akal pikiran mereka menelan begitu saja nilai-nilai yang rendah itu. Oleh karena itu, anak-anak harus dilindungi dan diawasi dari perangkat yang dapat merusak ini.

Head Office HOUSE OF SUCCESS :
Jl. Purnawirawan (Ratu) No.18 Gedung Meneng, Bandar Lampung.
Telp. 0721 712029 / 0811 727 150
 
Sumber Inspirasi Lain :


0 komentar:

Posting Komentar

HOS Dokumenter

Translate

Tayangan

Diberdayakan oleh Blogger.

HOUSE OF SUCCESS

- Privat Master Hipnotis - Pelatihan Profesional Hipnoterapi - Fingerprint Analysis - Penyalur Jasa Layanan Kerja Profesional

Quotes

"...MEMULAI TAK PERLU HEBAT, TAPI UNTUK HEBAT WAJIB BERANI MEMULAI..."

The New News

HADIRI STAND PAMERAN DI "MALL BOEMI KEDATON" BANDAR LAMPUNG Lt.1 (Basement depan Pintu Masuk) dan dapatkan Spesial Promo bersama HOUSE OF SUCCESS setiap hari Pkl. 11.00 s/d 20.00 Wib Sampai akhir tahun 2014.
Jl. Purnawirawan ( Ratu ) No. 18, Gedung Meneng, Bandar Lampung, Indonesia. Telp. ( 0721 ) 712029 atau Invite pin bb kami 7E64EBF .

Popular Posts