STUDI
baru mengatakan deoxyribonucleic acid (DNA) dapat memprediksi berapa
banyak kopi yang Anda minum setiap hari. Para ilmuwan baru-baru ini
menemukan enam varian genetik baru yang secara signifikan meningkatkan
kemungkinan perilaku kebiasaan minum kopi. Temuan ini menjelaskan bagaimana efek kafeina terhadap masing-masing
individu. Kopi dan kafeina sendiri sering dikaitkan dengan efek
kesehatan yang menguntungkan dan merugikan. Peneliti dari Departemen Nutrisi di Harvard School of Public Health
mengatakan penemuan terbaru akan membantu mengidentifikasi subkelompok
orang yang paling mungkin memperoleh manfaat kesehatan dari peningkatan
atau penurunan konsumsi kopi. Dengan menghubungkan varian genetik yang spesifik, peneliti mampu
melihat perbedaan tiap individu dalam merespons kopi dan kafeina.
Penelitian melibatkan data genetik dari 120 ribu peminum kopi. Penemuan
ini dipublikasikan secara online dalam jurnal Molecular Psychiatry.
Dengan mengetahui informasi genetik kopi ini, akan memungkinkan untuk
menghasilkan kopi yang berkadar kafeine tinggi, bahkan tanpa kafein
sekalipun. Sejumlah peneliti menemukan molekul kafein berkembang secara terpisah dalam biji kopi, daun teh dan kakao. Penelitian ini baru dirilis dalam sebuah jurnal Science pada hari Jumat. Lebih
dari 2,25 miliar kopi diminum setiap harinya. Jika dihitung secara
keseluhan, total lahan untuk menanam kopi di seluruh permukaan bumi
mencapai 11 juta hektar. Kebanyakan ditanam di negara-negara berkembang.
"Karena memang banyak orang yang menganggap kopi adalah komoditi yang paling sering diperdagangkan, sebelum minyak," ujar Profesor Robert Henry, pakar biologi molekuler. Professor Henry ikut serta dalam tim peneliti internasional yang menggunakan teknologi terkni untuk melihat gen tanaman kopi. Teknologi ini kemudian bisa mengatur rasa, aroma, dan kadar kafein. "Kita berusaha mengerti pengawasan genetik dari komposisi biji-biji kopi, yang nantinya bagaimana bisa menghasilkan kualitas kopi terbaik," ujarnya. Kini, ia dan timnya sedang mempersiapkan infomrasi genetik dari kopi jenis Robusta (Coffea canephora), yang menjadi bahan baku 30 persen kopi di dunia. Robusta adalah induk dari jenis kopi yang lebih kompleks, yakni Arabika (Coffea arabica), yang juga menjadi jenis kopi kedua terbanyak yang digunakan di dunia.
"Karena memang banyak orang yang menganggap kopi adalah komoditi yang paling sering diperdagangkan, sebelum minyak," ujar Profesor Robert Henry, pakar biologi molekuler. Professor Henry ikut serta dalam tim peneliti internasional yang menggunakan teknologi terkni untuk melihat gen tanaman kopi. Teknologi ini kemudian bisa mengatur rasa, aroma, dan kadar kafein. "Kita berusaha mengerti pengawasan genetik dari komposisi biji-biji kopi, yang nantinya bagaimana bisa menghasilkan kualitas kopi terbaik," ujarnya. Kini, ia dan timnya sedang mempersiapkan infomrasi genetik dari kopi jenis Robusta (Coffea canephora), yang menjadi bahan baku 30 persen kopi di dunia. Robusta adalah induk dari jenis kopi yang lebih kompleks, yakni Arabika (Coffea arabica), yang juga menjadi jenis kopi kedua terbanyak yang digunakan di dunia.
0 komentar:
Posting Komentar