Kanker Nasofaring adalah jenis kanker
yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga
mulut. Penyebab kanker nasofaring belum diketahui dengan pasti. Kanker
nasofaring juga dikaitkan dengan adanya virus epstein bar. Kanker nasofaring banyak dijumpai pada orang-orang ras mongoloid, yaitu penduduk Cina bagian selatan, Hong Kong, Thailand, Malaysia dan Indonesia juga di daerah India.
Ras kulit putih jarang ditemui terkena kanker jenis ini. Selain itu
kanker nasofaring juga merupakan jenis kanker yang diturunkan secara
genetik.
Sampai saat ini belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya kanker
nasofaring. Namun penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata,
telinga, kelenjar leher, dan otak. Sebaiknya yang beresiko tinggi
terkena kanker nasofaring rajin memeriksakan diri ke dokter, terutama
dokter THT. Risiko tinggi ini biasanya dimiliki oleh laki-laki atau
adanya keluarga yang menderita kanker ini. Tumor
ganas pada Nasofaring. Kanker nasofaring merupakan keganasan pada leher
dan kepala yang terbanyak ditemukan di Indonesia (60 persen).
Untuk mendiagnosis secara dini sangatlah sulit, karena tumor ini baru menimbulkan gejala pada stadium-stadium akhir.
Gejala-gejala
pada stadium awal penyakit ini sukar dibedakan dengan penyakit lainnya.
Dimana letak dari tumor ini tersembunyi di belakang tabir langit-langit
dan terletak di dasar tengkorak, dan sukar sekali dilihat jika bukan
dengan ahlinya. Presentase
untuk bertahan hidup dalam 5 tahun juga terlihat mencolok, hal ini
dilihat dari stadium I (76 %), stadium II (50 %), stadium III (38 %)
dan stadium lanjut atau IV (16,4%).
Bagaimana gejala kanker nasofaring?
Gejala klinis karsinoma nasofaring dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu,
* Gejala nasofaring, gejala ini dapat berupa perdarahan melalui hidung yang ringan hingga berat, atau sumbatan pada hidung
* Gejala Telinga, ini merupakan
gejala dini yang timbul karena asal tumor dekat sekali dengan muara tuba
eustachius, sehingga pembesaran sedikit pada tumor akan menyebabkan
tersumbatnya saluran ini dan menimbulkan gejala pada telinga seperti,
telinga nyeri, telinga berdenging, rasa tidak nyaman.
* Gejala Mata, pertumbuhan tumor ini
dapat menyebabkan gangguan pada saraf-saraf di otak salah satunya adalah
keluhan pada mata berupa pandangan ganda.
* Gejala di leher, Metastasis, gejala
ini dapat dilihat pada beberapa stadium akhir kanker nasofaring berupa
pembesaran atau benjolan di leher.
Untuk pemeriksaan tambahan, sejak
ditemukan CT-scan sangat membantu dalam diagnosis tumor-tumor di daerah
kepala dan leher sehingga tumor primer yang terletak di belakang dan
tersembunyi dapat ditemukan. Pemeriksaan lain seperti serologi IgA
anti EA dan IgA anti VCA di Indonesia telah menunjukan kemajuan dalam
medeteksi karsinoma. Untuk diagnosis pasti Karsinoma
Nasofaring ditegakan dengan melakukan biopsy nasofaring. Biopsi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung dan dari mulut. 3 bentuk
tersering dari karsinoma nasofaring adalah karsinoma sel squamosa,
karsinoma tidak berkeratinisasi dan karsinoma tidak berdiferensiasi.
Apa penyebab kanker nasofaring ?
Etnis Cina yang berasal dari daerah endemik seperti Hong Kong dan Cina Selatan memiliki tingkat resiko tertinggi terkena NPC. Etnis Cina dari daerah lain dan mereka yang bermigrasi dari daerah endemik ke daerah dengan resiko yang lebih rendah tetap memiliki resiko terkena NPC yang tinggi. Populasi dari negara-negara Afrika Utara dan Timur tengah juga memiliki resiko sedang untuk terkena NPC. Di Singapura, resiko terkena NPC pada pria adalah 3 kali lipat dibandingkan dengan wanita. Walau penyebab kanker ini belum diketahui secara pasti, infeksi virus Epstein Barr (EBV) diperkirakan termasuk faktor penting dalam perkembangan NPC. Faktor resiko yang terkait dengan penyebab NPC diantaranya adalah konsumsi ikan yang diasinkan secara berlebihan pada usia dini, konsumsi tinggi makanan yang diawetkan atau difermentasikan, serta merokok. Apabila ada keluarga, dengan garis keturunan pertama yang terkena NPC, mereka juga memiliki resiko tinggi terkena kanker hidung ini, dibandingkan dengan mereka yang keluarganya tidak memiliki riwayat NPC. Kabar baik mengenai kanker hidung adalah tingkat terjadinya penyakit ini mulai menurun di Singapura. Hal ini bisa jadi karena generasi muda saat ini memiliki lebih banyak pilihan makanan dan konsumsi rendah akan ikan yang diasinkan serta bahan makanan yang diawetkan/difermentasikan. |
|
Pengobatan
Untuk pasien dengan kanker NPC Non-metastasis (stadium I hingga IVB), pengobatan utama yang akan dijalani adalah radioterapi. Radioterapi menggunakan sinar energi tinggi untuk membunuh sel kanker.
Sinar radioterapi hanya akan mempengaruhi sel pada area pengobatan. Pada
pengobatan NPC, area yang yang mengalami pengobatan meliputi ruang
bagian belakang hidung serta kedua sisi leher. Teknik radiasi terbaru,
seperti Image-Guided Radiation Therapy (IGRT), dapat mengirim sinar
radiasi pada area yang dituju dengan lebih akurat, sehingga menghasilkan
pengendalian tumor yang lebih terarah dengan efek samping minimal.
(termasuk berkurangnya mulut kering). Radioterapi merupakan pilihan pengobatan bila kanker hidung (NPC) masih berada dalam stadium awal.
Untuk pasien dengan tumor stadium lanjut (invasi pada bagian dasar
tengkorak atau terjadi defisit saraf kranial) dan/atau tingginya nodal
stage (pembengkakan kelenjar, kelenjar leher bilateral atau kelenjar
yang mencapai bagian dasar leher), prosedur kemoterapi akan
dikombinasikan dengan radioterapi untuk memperbesar efek pengobatan. Pilihan prosedur bedah pada pengobatan NPC sangatlah terbatas. Bedah
dapat dipertimbangkan bila pasien memiliki tumor yang tumbuh kembali
hanya pada bagian belakang rongga hidung saja. Bedah leher juga dapat
dipertimbangkan bila pasien tetap mengalami pembengkakan pada kelenjar
leher bahkan setelah menjalani radiasi, atau bila pasien hanya
terjangkit kembali pada bagian kelenjar leher saja. Kemoterapi merupakan metode pengobatan utama bagi pasien dengan kanker
ganas yang dapat menyebar, dan pasien dengan kanker yang tumbuh kembali
sesudah radioterapi.
0 komentar:
Posting Komentar