Senin, 29 September 2014

Batuk memang salah satu penyakit paling umum yang diderita anak-anak dan orang dewasa. Pneumonia atau sering disebut oleh banyak orang sebagai penyakit radang paru-paru bisa menyerang di semua tingkat umur. Pada sebagian besar kasus, batuk ini disebabkan oleh virus atau bakteri dan bisa diatasi dengan mudah, bahkan tidak perlu sampai menghubungi dokter. Akan tetapi, ada beberapa virus dan bakteri yang menyebabkan batuk bayi menjadi masalah serius, yaitu pneumonia atau radang paru-paru . Pneumonia, seperti yang dijelaskan oleh raisingchildren adalah infeksi virus atau bakteri yang menyerang paru-paru. Ketika paru-paru ini terinfeksi, ia tidak akan bisa melaksanakan tugasnya dengan normal, yaitu mendisitribusikan oksigen dari udara ke aliran darah. Akibatnya, anak akan mengalami kesulitan bernafas dan batuk yang sangat parah.

Gejala radang paru ini kentara dari suara batuk bayi Anda yang cenderung basah dan disertai dengan demam tinggi. Dan untuk sang bunda biasanya penyakit ini paling banyak diderita oleh anak bayi ataupun balita namun, jika si kecil didiagnosis positif mengidap pneumonia ia akan terancam dehidrasi. Karena itu, sering-seringlah memberi asupan cairan pada bayi. Biasanya, dokter akan memberikan antibiotik pada bayi. Pneumonia bisa dirawat di rumah, dengan memberikan obat-obatan resep dokter disertai paracetamol untuk menurunkan demamnya. Selain itu, jagalah rumah Anda untuk bebas dari asap rokok, karena hal itu bisa memperparah kondisi bayi.

Pneumonia merupakan salah satu bentuk infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang berbahaya. Akut menandakan gangguannya berlangsung mendadak. Begitu terserang pneumonia, paru-paru tersengal menjalankan fungsinya. "Alhasil, tubuh kekurangan oksigen," jelas Ketua Respirologi UKK Ikatan Dokter Anak Indonesia, Darmawan. Kekurangan pasokan oksigen dapat berakibat serius pada penderitanya. Persoalannya, belum ada kesamaan persepsi antara dokter dan petugas kesehatan di Puskesmas tentang hitung napas. Padahal, ini adalah salah satu cara mengenali pneumonia.

Boediman menjelaskan biasanya pneumonia didahului dengan gejala selesma (common cold). Penderitanya mengalami demam yang disertai atau tanpa batuk dan pilek. Gejala ini dapat dibarengi nyeri kepala dan hilang nafsu makan. Begitu kuman pneumonia masuk, ia menginfeksi saluran napas bawah. Napas pun menjadi cepat dan sesak. Jika anak yang mengalaminya tidak mau makan, minum, dan demam, sebaiknya periksakan ke rumah sakit. Sejauh ini, hanya segelintir orang tua maupun pengasuh anak yang bisa mengenali pneumonia. Untuk itu, masyarakat perlu meningkatkan kemampuan untuk mengenali gejala pneumonia. Kita bisa memberikan pertolongan lebih cepat jika orang di sekitar anak tanggap dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan.

Tak perlu sound timer seperti di rumah sakit untuk melakukan hitung napas. Anda hanya membutuhkan arloji yang dilengkapi jarum penunjuk detik. Letakkan tangan di dada atau perut anak dan hitung berapa kali gerak napasnya. Seperti apa gerak napas yang dihitung? Pilih salah satu dari tarikan atau embusan napas. Frekuensi normal per menitnya 60 untuk bayi kurang dari dua bulan, 50 untuk bayi usia dua hingga 12 bulan, dan 40 untuk anak usia satu sampai lima tahun.

Perhatikan pula tanda sesak napas. Selain napas cepat, cermati apakah anak menggunakan otot napas ekstra. "Adakah tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, sela-sela rusuk bawahnya menjadi cekung," papar Darmawan. Di samping itu, waspadai adanya kejang atau kebiruan pada anak. Ini menandakan suplai oksigen sudah sangat minim. Semakin muda usia bayi, makin tidak khas gejalanya. Di rumah sakit, dokter akan melakukan pemeriksaan lengkap terhadap penyakit yang bisa disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, ataupun parasit itu. Termasuk cek leukosit sebagai penanda infeksi dan rontgen dada. Namun, di daerah perifer, tanda cekung di dada saja sudah cukup untuk mendiagnosis anak.


Cara penularan virus atau bakteri Pneumonia sampai saat ini belum diketahui pasti, namun ada beberapa hal yang memungkinkan seseorang beresiko tinggi terserang penyakit Pneumonia. Hal ini diantaranya adalah :

1. Orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS dan para penderita penyakit kronik seperti sakit jantung, diabetes mellitus. Begitupula bagi mereka yang pernah/rutin menjalani kemoterapy (chemotherapy) dan meminum obat golongan Immunosupressant dalam waktu lama, dimana mereka pada umumnya memiliki daya tahan tubuh (Immun) yang lemah.
2. Perokok dan peminum alkohol. Perokok berat dapat mengalami irritasi pada saluran pernafasan (bronchial) yang akhirnya menimbulkan secresi muccus (riak/dahak), Apabila riak/dahak mengandung bakteri maka dapat menyebabkan Pneumonia. Alkohol dapat berdampak buruk terhadap sel-sel darah putih, hal ini menyebabkan lemahnya daya tahan tubuh dalam melawan suatu infeksi.
3. Pasien yang berada di ruang perawatan intensive (ICU/ICCU). Pasien yang dilakukan tindakan ventilator (alat bantu nafas) ‘endotracheal tube’ sangat beresiko terkena Pneumonia. Disaat mereka batuk akan mengeluarkan tekanan balik isi lambung (perut) ke arah kerongkongan, bila hal itu mengandung bakteri dan berpindah ke rongga nafas (ventilator) maka potensial tinggi terkena Pneumonia.
4. Menghirup udara tercemar polusi zat kemikal. Resiko tinggi dihadapi oleh para petani apabila mereka menyemprotkan tanaman dengan zat kemikal (chemical) tanpa memakai masker adalah terjadi irritasi dan menimbulkan peradangan pada paru yang akibatnya mudah menderita penyakit Pneumonia dengan masuknya bakteri atau virus.
5. Pasien yang lama berbaring. Pasien yang mengalami operasi besar sehingga menyebabkannya bermasalah dalah hal mobilisasi merupakan salah satu resiko tinggi terkena penyakit Pneumonia, dimana dengan tidur berbaring statis memungkinkan riak/muccus berkumpul dirongga paru dan menjadi media berkembangnya bakteri.

Tanda dan Gejala Pneumonia
Gejala yang berhubungan dengan pneumonia termasuk batuk, sakit dada, demam, dan kesulitan bernafas. Sedangkan tanda-tanda menderita Pneumonia dapat diketahui setelah menjalani pemeriksaan X-ray (Rongent) dan pemeriksaan sputum.

Penanganan dan Pengobatan Pneumonia
Penanganan dan pengobatan pada penderita Pneumonia tergantung dari tingkat keparahan gejala yang timbul dan type dari penyebab Pneumonia itu sendiri.

1. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri akan diberikan pengobatan antibiotik. Pengobatan haruslah benar-benar komplite sampai benar-benar tidak lagi adanya gejala atau hasil pemeriksaan X-ray dan sputum tidak lagi menampakkan adanya bakteri Pneumonia, jika tidak maka suatu saat Pneumonia akan kembali diderita.
2. Pneumonia yang disebabkan oleh virus akan diberikan pengobatan yang hampir sama dengan penderita flu, namun lebih ditekankan dengan istirahat yang cukup dan pemberian intake cairan yang cukup banyak serta gizi yang baik untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh.
3. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur akan mendapatkan pengobatan dengan pemberian antijamur.

Disamping itu pemberian obat lain untuk membantu mengurangi nyeri, demam dan sakit kepala. Pemberian obat anti (penekan) batuk di anjurkan dengan dosis rendah hanya cukup membuat penderita Pneumonia bisa beristirahat tidur, Karena batuk juga akan membantu proses pembersihan secresi mucossa (riak/dahak) diparu-paru.




0 komentar:

Posting Komentar

HOS Dokumenter

Translate

Tayangan

Diberdayakan oleh Blogger.

HOUSE OF SUCCESS

- Privat Master Hipnotis - Pelatihan Profesional Hipnoterapi - Fingerprint Analysis - Penyalur Jasa Layanan Kerja Profesional

Quotes

"...MEMULAI TAK PERLU HEBAT, TAPI UNTUK HEBAT WAJIB BERANI MEMULAI..."

The New News

HADIRI STAND PAMERAN DI "MALL BOEMI KEDATON" BANDAR LAMPUNG Lt.1 (Basement depan Pintu Masuk) dan dapatkan Spesial Promo bersama HOUSE OF SUCCESS setiap hari Pkl. 11.00 s/d 20.00 Wib Sampai akhir tahun 2014.
Jl. Purnawirawan ( Ratu ) No. 18, Gedung Meneng, Bandar Lampung, Indonesia. Telp. ( 0721 ) 712029 atau Invite pin bb kami 7E64EBF .

Popular Posts